Sabtu, 05 September 2015

Papandayan : Bermalam di Hotel Berjuta Bintang

Siang menuju sore, setelah mengisi perut kami beristirahat di dalam tenda. Kali ini saya tidak tertarik untuk tidur. Sedikit lelah namun rasanya sangat sayang jika siang itu saya habiskan dengan tidur pulas. Saya pun keluar, membuka matras dan merebahkan diri sambil memandangi puncak yang terlihat hijau. Tidak melakukan apapun, tidak berpikir tentang apapun hanya diam sambil menikmati ciptaan Allah yang begitu indah di depan mata. Sore ini kami belum ada rencana akan menjelajah kemana, saya ikut saja karena belum paham dan khawatir tersesat jika berjalan sendirian. Di Papandayan terdapat dua objek yang wajib dikunjungi yaitu Hutan Mati dan Tegal Alun, pastinya saya pun tidak ingin melewatkan keduanya hehehe.

Just sit and relax
Hari pun semakin sore, Pondok Saladah semakin padat dengan tenda-tenda dan pendaki yang beraktivitas. Beberapa teman tampak sudah terbangun, kami pun mulai berbenah untuk masak dan menyiapkan makan malam. Aktivitas ini membutuhkan kerjasama dan dinamika kelompok pun akan semakin terlihat. Kali ini pun saya semakin mengenal satu sama lain dengan tabiat dan perangai masing-masing. Sedikit cekcok antara saya dan salah satu teman laki-laki pun sempat terjadi, mungkin karena perut yang kosong emosi menjadi tidak stabil. Terlebih sore itu pada akhirnya aktivitas kami hanya memasak, kami tidak sempat pergi untuk menjelajah. Yasudahlah, saya tidak ambil pusing, saya pikir jangan karena hal sepele perjalanan ini menjadi menyebalkan. 

Sore ini kami memasak nasi, sayur sop dan tempe goreng tepung, sangat sederhana tetapi dari aromanya sepertinya sangat nikmat sekali. Hari mulai gelap, beberapa teman pergi untuk mengumpulkan kayu bakar, kami akan membuat api unggun sambil menyantap makan malam. Makan malam pun siap seiring dengan api unggun yang berkobar-kobar menyala. Kami pun menggelar matras dan duduk melingkar sambil menyantap makan malam yang sangat nikmat, alhamdulillah. Dari kejauhan tampak bulan menunjukkan cahaya cantiknya, saya baru pertama kali melihat proses terbitnya bulan dan kali itu kami diberikan kesempatan untuk melihat full moon. Masya Allah indahnya ketika bulatan cantik kekuningan itu meluncur naik ke langit dengan perlahannya.

Panasnya api unggun sampai tak berasa saking dinginnya udara
Selepas makan malam kami masih berada di posisi melingkar dengan api unggun di tengah dan saling merapatkan badan. Udara semakin dingin menusuk. Kami pun berbincang-bincang dan melakukan sebuah games psikologis. Tawa bahak kami pun menggema seiring melupakan kejadian cekcok sore tadi. Bulan semakin membulat dan bintang-bintang tampak semakin betaburan. Malam itu Pondok Saladah sangat riuh, ramai, bahkan cenderung gaduh. Mungkin gelak tawa kami pun turut berkontribusi atas gaduhnya Papandayan saat itu. Sambil menyeruput minuman hangat kami masih melanjutkan games, saking seru dan semakin dinginnya udara, kami sampai tidak sempat mengabadikan full moon dan milky way.

Ternyata teman saya sempat mengabadikan full moon malam itu
Hari semakin malam, api unggun sudah mulai padam menyisakan bara pada kayu. Satu per satu dari kami pun pamit untuk tidur. Setelah sholat dan bersih-bersih saya masuk ke dalam tenda dan menelusup ke dalam sleeping bag berharap dapat menghangatkan tubuh di malam yang amat sangat dingin. Ternyata saya tidak mudah tertidur, dinginnya luar biasa menembus hingga kulit. Tapi karena lelah akhirnya saya terlelap seiring dengan semakin senyapnya Pondok Saladah.

Pukul 02.00 dini hari saya terbangun untuk pergi ke toilet karena perut yang tidak bisa diajak berkompromi. Alhamdulillah saya tidak perlu gali tanah karena tersedia toilet hehehe, kebetulan malam itu kosong dan tidak ada yang mengantri. Namun kebahagiaan saya hanya sementara, baru sebentar masuk di luar sudah ada yang mengetuk, yassalam hahaha. Saya kembali ke tenda, tampak beberapa orang masih berkumpul di luar tenda padahal udara semakin dingin. Karena terkena air, saya sempat kedinginan hingga gigi bergemeletuk. Saya pun melanjutkan tidur di dalam sleeping bag yang sudah tidak terasa hangat lagi. Dingin...

Foto : Dokumentasi Pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar