Pagi-pagi sekali saya sudah bersiap berangkat dari Bogor menuju Bandara
Soekarno Hatta, setelah malam sebelumnya saya memesan ojek langganan untuk
menjemput dirumah. Pukul 3.45 bapak ojek sudah stand by di depan rumah untuk mengantar saya ke pool Bus Damri di Baranang Siang. Setelah
mengeluarkan uang Rp. 30.000 untuk jasa ojek, saya bergegas mencari bus yang akan berangkat,
pagi itu ternyata bus cukup ramai.
Saya duduk di kursi dekat jendela dan tidak beberapa lama bus pun melaju. Jalanan masih sangat sepi dan gelap, sang kondektur pun menghampiri kemudian memberikan tiket seharga Rp. 55.000. Setelah sempat tertidur sebentar, pukul 5 kurang saya sudah sampai di Terminal 3, waaah ternyata cepat sekali sampainya. Tapi tidak masalah karena lebih cepat lebih baik daripada harus terjebak macet di jalanan dan mepet ke jam flight, maklum saja masih hari kerja.
![]() |
Selfie terus selfie |
Hey, Nanda selamat datang di Malaysia!
Waktu
di Kuala Lumpur 1 jam lebih cepat dibandingkan Jakarta, jadi harus segera
menyesuaikan jam tangan, untuk handphone dapat diatur otomatis mengikuti zona
waktu. Siang itu terminal kedatangan tidak begitu ramai, kami
bergegas menuju counter imigrasi. Di dekat counter imigrasi terdapat counter
operator seluler MAXIS, kebetulan karena hanya 1 hari di Kuala Lumpur saya
tidak beli, jadi data connection saya matikan dan hanya mengandalkan sinyal
wifi jika ada. Sayangnya sinyal wifi di KLIA 2 ini tidak bisa digunakan, entah
mengapa sangat sulit untuk connected. Siap-siap jadi fakir wifi selama di Kuala Lumpur nih, hehehe.
![]() |
Konter Imigrasi |
Ah, ini pengalaman pertama saya antri imigrasi di luar
negeri, cukup nervous khawatir ditanya macam-macam. Ternyata so simple, petugas imigrasi hanya menanyakan berapa lama saya di Malaysia, itu pun menggunakan Bahasa Indonesia, kemudian paspor saya di cap dan voila saya siap berpetualang hari ini, Keluar dari counter
imigrasi saya melihat papan peringatan dilarang membawa berbagai jenis mangga
ke Malaysia. Hmmm ada apa ya dengan mangga?
Jalan keluar dari KLIA 2 ini berupa mall dengan toko-toko duty free yang berjajar rapi. Ikuti saja petunjuk jalan untuk menemukan pintu keluar ataupun mencari tranportasi, petunjuk jalan sangat jelas sehingga memudahkan bagi orang yang pertama kali datang kesini. Sebelum pergi kami menyempatkan diri untuk mengisi perut, ah
pantas saja lapar ternyata sudah waktunya makan siang. Kami mampir di tempat makan
bernama Curry House yang berisi masakan ala india. Curry House ini semacam food
court dengan pilihan menu yang sangat beragam dan disajikan ala warteg hehehe, kita
tinggal tunjuk saja mau makan yang mana nanti pegawai di balik etalase akan
menyajikannya.
Saya sempat bingung memilih makanan, karena sangat banyaaaaak
dan saya tidak tahu itu makanan apa. Pilihan nasinya ada 2 yaitu nasi biasa dan nasi
briyani. Akhirnya saya memilih nasi putih, ikan bumbu kuning dan
acar, biasa saja karena khawatir tidak suka dengan rasanya hehehe. Di ujung
etalase ada petugas yang siap sedia menghitung harga makanan yang kita pesan dan menanyakan mau minum apa, saya pun memilih air mineral saja. Kemudian petugas itu menyerahkan kartu yang harus saya
bawa ke kasir untuk membayar makanan, mengambil minuman dan sendok garpu. Pemesanan
sudah menggunakan sistem komputer yang terhubung dari tempat makanan, minuman
dan kasir jadi tidak perlu khawatir tertukar. Harga yang harus saya bayarkan di kasir adalah 10,80 MYR.
Saya sempat lupa kalau sudah di
luar negeri jadi ketika memesan makanan saya sempat menggunakan Bahasa Indonesia, hahahaha bodohnya. Makanannya sangat berwarna sekali, sangat menggugah selera tetapi sayang rasanya
cenderung hambar, lidah Indonesia saya mungkin masih kaget hehehe. Porsi nasi yang diberikan sangat banyak dan pegawainya tidak ada
yang ramah, cenderung menyeramkan malah. Mungkin ini salah satu culture
shocked yang pertama kali saya alami disini, hehehe.
Setelah kenyang, kami beranjak menuju hotel. Di pintu keluar bandara KLIA 2 ada beberapa pilihan transportasi menuju kota. Kali ini kami memutuskan untuk menggunakan taxi, jenis taxi di Malaysia ini ada dua yaitu taxi bermeter dan taxi kupon, jadi bisa memilih untuk menggunakan taxi yang mana, counter nya pun terpisah namun berjajar dalam satu area. Taxi bermeter tentunya harga yang harus dibayarkan adalah sesuai dengan kilometer yang dilalui berdasarkan argometer sedangkan taxi kupon membayar taxi dengan harga pas sesuai dengan yang tertera di kupon taxi. Jika memesan taxi melalui counter kita diharuskan membayar 2 MYR sebagai biaya jasa atas pemesanan taxi. Jadi petugas counter akan memesankan taxi, kita tinggal menunggu saja dipanggilkan. Memesan taxi di counter ini sebetulnya untuk menghindari harga borongan, jadi
memang lebih baik membayar 2 MYR tetapi tidak tertipu. Kami memesan taxi bermeter, sejauh ini saya belum sempat membandingkan perbedaan biaya yang
dikeluarkan jika menggunakan kedua jenis taxi tersebut, mungkin lain kali
saya bisa coba taxi kupon, hehehe.
Taxi yang akan mengantarkan kami adalah taxi SPAD dengan
jenis mobil Toyota Avanza berwarna biru dan di sisi pintu taxi tertempel
sticker nama pengemudi. KLIA 2 ternyata cukup jauh dari pusat kota,
perjalanan ditempuh selama kurang lebih
45 menit hingga 1 jam. Sepanjang jalan kita akan disuguhkan oleh hamparan
perkebunan sawit, kompleks suburban dan perumahan, kemudian melewati Stadium
Bukit Jalil yang sering dijadikan tempat konser.
Kami pun sampai di penginapan pertama kami yaitu Novotel KLCC. Argo di taxi menunjukan angka sekitar 140 MYR, sang driver pun menawarkan diri untuk menjemput di esok hari yang diiyakan langsung oleh si kakak. Flight kami di esok hari adalah pukul 12.10, sang driver yang bernama Pak Syaeful dengan mantap berjanji menjemput kami pukul 9.30. Hmm, kemungkinan besar masih cukup waktunya sebelum flight. Setelah Pak Syaeful memberikan nomor kontaknya, kami pun melenggang untuk check in dan mendapat kamar 909. Setelah beristirahat sejenak, kami pun siap mengeksplore KLCC dan sekitarnya.
Foto :
Dokumentasi pribadi
Foto :
Dokumentasi pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar