Minggu, 13 September 2015

Explore Malang : Panic Attack at Gunung Banyak

Pukul 06.00 saya sudah rapi dan wangi, sudah siap untuk berpetualang seharian penuh. Target saya hari ini adalah melakukan paralayang di Gunung Banyak. Paralayang? Iya, itu olahraga terjun payung dari atas gunung. Berani? Hmmm, jalanin saja dulu, kalau sampai lokasi ternyata nyalinya ciut yasudah tak perlu dipaksakan, hehehe minimal cukup bermain-main di lokasi paralayang di Gunung Banyak saja sudah cukup. Sebelum melangkah keluar, saya bertanya kepada staff hotel arah ke Kota Batu, Mas Fendi menyarankan saya untuk sewa motor saja karena lebih hemat dan lebih mudah, jadi bisa mengakses tempat-tempat jauh. Saya hanya tertawa dan pamit untuk jalan. Iya, saya sampai sekarang tidak berani mengendarai motor, main sepeda saja masih sering parnoan apalagi motor, payah ya..

Paralayang Gunung Banyak
Saya melangkahkan kaki sambil menghirup udara pagi bermodal GPS di handphone kesayangan, maklum buta arah dan sangat kacau di navigasi. Sambil celingak celinguk mencari sarapan, mata saya tertuju pada gerobak soto campur dan langsung memesan satu porsi dengan nasi. Pagi itu jalanan masih sangat sepi sekali, saya pun menghabiskan soto yang menghangatkan perut. Setelah membayar seharga Rp.10.000 saya bertanya kepada bapak penjual soto dimanakah saya harus naik angkutan umum jika hendak ke Terminal Landungsari. Beliau mengarahkan saya untuk jalan lurus nanti naik angkot dekat alun-alun besar.

Setelah sampai di alun-alun besar saya memberhentikan angkot berwarna biru, sebelum naik pastinya saya bertanya dulu jangan sampai nyasar. Ternyata salah angkot, hahaha sang supir mengarahkan untuk berjalan sampai pertigaan kedua lalu naik angkot ke arah terminal Landungsari. Angkutan umum di Malang ini cukup unik karena tidak menggunakan angka, tetapi menggunakan kode misalnya tujuan Landungsari kodenya LDG. Untuk orang awam sih agak sulit sebetulnya membedakannya, jadi memang baiknya bertanya dulu daripada tersesat.

Angkot menuju Landungsari pun meluncur, ternyata cukup jauh karena Terminal Landungsari terletak di utara Kota Malang. Sampai di terminal saya harus melanjutkan perjalanan menggunakan bis kecil bernama Puspa Indah ke arah Songgokerto. Sebelum masuk bis, saya sempat-sempatnya mampir ke pos polisi untuk menumpang ke kamar kecil, maklumlah perjalanan masih jauh. Bapak-bapak polisi itu pun tertawa melihat saya terburu-buru masuk toilet. Tak lama saya pun sudah berdiri di bis Puspa Indah dengan masih bermodal GPS di tangan, bis pun melaju ke arah Kota Batu dengan jalanan yang terus menanjak. Bis sempat masuk ke dalam terminal kecil di Kota Batu (maaf saya lupa namanya) untuk menaik-turunkan penumpang kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke arah Songgokerto.

Sebelumnya saya sudah menghubungi salah satu kontak operator paralayang di Gunung Banyak, saya menyampaikan bahwa akan pergi sendiri dan tidak membawa kendaraan, jadi lumayan sekali mereka sangat membantu navigasi saya menuju ke lokasi. Saya diberi tahu untuk turun tepat di Indomaret Songgokerto, nanti akan ada tim yang menjemput, alhamdulillah baiknyaaaaaa...

GPS pun menandai saya harus segera turun, tepat di Indomaret Songgokerto saya langsung mengontak Mas Surya dan menginformasikan bahwa saya sudah sampai. Tak sampai 10 menit, 2 motor trail pun berhenti di depan saya. Seorang pria berambut gimbal menyapa ramah. Mas Surya pun mengenalkan saya dengan pilot yang akan membawa saya terbang yaitu Mas Ardi. Hello, strangers! Nice to know you all..

Motor pun meluncur di jalanan aspal menanjak, saya diboncengi oleh Mas Ardi dengan motor trail nya yang cukup ngebut, heuheu. Sebetulnya untuk masuk ke kawasan Gunung Banyak dikenai tiket masuk Rp. 5000 di pintu gerbang utama, tapi karena saya datang bersama sang pilot jadi bablas saja, hahaha. Kawasan Gunung Banyak didominasi oleh pohon-pohon pinus dan cemara, jadi udaranya sangat sejuk. Sedikit berbincang di motor, akhirnya kami sampai di lokasi paralayang yang pagi itu sudah sangat ramai. Sebelumnya memang saya sempat diinfokan bahwa akan ada rombongan yang datang hari itu sebanyak 50 orang yang akan terbang, tapi karena saya sudah booking jauh-jauh hari jadi saya akan diutamakan, mantap.

Siap terbang, bukan saya
Baru sampai, saya langsung mendaftar di pos pendaftaran seharga Rp. 350.000. Sayang disini tidak disediakan dokumentasi, jadi wisatawan yang akan terbang baiknya membawa alat dokumentasi masing-masing. Setelah mendaftar, saya pun berkeliling melihat-lihat pemandangan sekitar lokasi, sambil menyiapkan diri dan membiasakan diri dengan ketinggian. Lalu kemudian tak lama nama saya dipanggil, Mas Ardi melambai-lambai di kejauhan tanda saya sudah harus bersiap. Wah, saya belom siap! hahahaha..

Saya hanya bisa tertawa, panik..

Ya saya akan dibawa terbang oleh sang pilot profesional..

Hanya menggunakan tali dan parasut..

Di ketinggian 1315 mdpl dan 300 meter di atas permukaan tanah..

Di kota apel..

Foto : Dokumentasi Pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar