Setelah puas berkeliling Klenteng Sam Poo Kong, saya pun bergegas ke destinasi selanjutnya yaitu Toko Oen. Menurut security tidak ada angkot menuju sana dan beliau menyarankan saya agar naik taxi saja. Pas kebetulan sekali ada sepasang turis Jepang baru turun taxi di depan gerbang, langsung saja saya bergegas menuju taxi tersebut. Salah satu hal menarik dari solo traveling adalah kita menjadi lebih peka dan lebih sering berinteraksi dengan warga lokal, rasanya menyenangkan, hehe. Saya pun berbincang banyak dengan sang supir taxi yang berasal dari Demak tetapi sudah lama mencari nafkah di Semarang. Beliau menyampaikan bahwa mulai tidak nyaman dengan kota Semarang karena semakin ramai dan mulai macet, padahal dulu tidak.
 |
Sejak 1936 |
Banyak berbincang, sang driver pun menunjukkan saya Lawang Sewu dan Tugu Muda karena kami melewatinya dalam perjalanan menuju Toko Oen. Beliau menyarankan saya untuk naik bis 3/4 atau bisa jalan kaki saja dari Toko Oen menuju Lawang Sewu. Tak lama taxi sudah berhenti di depan Toko Oen, saya pun mengeluarkan kocek Rp. 20.000 dan berterima kasih kepada sang driver.
Siang itu Toko Oen sangat sepi, dari informasi yang saya dapatkan konon paling enak makanan disini adalah bistik lidah sapi. Saya pun meminta daftar menu kepada sang pramusaji. Ternyata harga bistik sapinya lumayan mahal hehehe Rp. 85.000, hmm sepertinya lain kali saja saya mencobanya. Akhirnya saya memesan kroket, risol, es krim tradisional yang katanya enak dan best seller yaitu Oen Shymphony serta tidak lupa es teh manis hehehe.
 |
Mari santap! |
Restoran ini memang sudah ada dari jaman Belanda, desain interiornya pun dipertahankan masih jadul kecuali toiletnya yang sudah bagus. Makanan yang dipesan pun datang, ternyata risol dan kroket itu mirip, maklum saya kurang paham makanan. Keduanya disajikan dengan saus kental berwarna putih yang rasanya asam seperti acar. Karena saya tidak begitu suka dengan sausnya, akhirnya saya menikmati keduanya pakai sambal botolan, hihihi.
Kroket dan risolnya enak, garing di luar tetapi lembut dan creamy di dalam. Es krimnya terdiri dari 5 scoop kecil kemudian diberi wheep cream dan 2 lembar lidah kucing. Es krim nya memang dibuat dengan resep tradisional, menurut saya sih rasanya mirip dengan es Ragusa. Total yang saya keluarkan untuk mencicipi makanan di Toko Oen ini Rp. 45.000. Sebelum hari mulai sore saya pun bersiap menuju Lawang Sewu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar