Jumat, 25 Maret 2016

Surabaya - Tour with Surabaya Heritage Track (SHT)

Kembali ke House of Sampoerna sebelum jadwal bus SHT (Surabaya Heritage Track), saya menyempatkan berbincang-bincang dengan para staff dan guide yang seluruhnya ternyata tidak ada yang orang asli Surabaya. Pukul 12.50 bus yang sudah sedari tadi standby mulai dibuka dan pengunjung yang telah mendaftar dan mendapatkan tiket dipersilakan masuk karena tepat pukul 13.00 bus akan memulai perjalanan.

Bus SHT yang akan mengantar kami keliling kota
Seluruh peserta tour pukul 13.00 ini akan dibawa keliling kota dan mampir ke 2 lokasi bersejarah, yaitu Tugu Pahlawan dan Gedung PTPN XI. Setiap peserta tour diberikan nametag agar mudah dikenali. Tepat pukul 13.00 bus pun melaju, sang guide memperkenalkan diri dan dimulailah perjalanan kami.

We're ready to go!
Sepanjang perjalanan, kami dijelaskan mengenai sejarah kota dan bangunan-bangunan bersejarah yang kami lewati. Dari mulai Penjara Kalisosok yang merupakan salah satu penjara tersadis pada jamannya, kemudian gedung Museum Bank Indonesia, gedung Internatio yang merupakan markas tentara sekutu, berbagai cerita mengenai Jembatan Merah, Gedung Cerutu, Gedung Gubernur, Museum Hidup POLRI, Mesjid Kemayoran dan lain-lain yang tentu saja menambah wawasan sejarah kami.

Bus merapat di parkiran Tugu Pahlawan, para peserta turun mengikuti guide yang menjelaskan mengenai relief yang terpampang di dinding. Relief ini bercerita mengenai sejarah asal usul lambang kota Surabaya. Ternyata bukan mengenai pertempuran antara Suro (Hiu) dan Baya (Buaya) secara harafiah, melainkan pertempuran antara Pasukan Majapahit yang dilambangkan dengan Buaya dan Pasukan Tartar yang datang menggunakan kapal yang dilambangkan dengan Hiu karena datang dari laut.

Guide sedang serius memberikan penjelasan
Kami juga dijelaskan mengenai sejarah Tugu Pahlawan dan diberikan waktu kurang lebih 15 menit untuk ekplorasi ke dalam. Peserta pun berpencar, saya memilih mengambil foto dari beberapa sisi. Tugu Pahlawan memiliki tinggi sekitar 41 meter dan berbentuk lingga atau paku terbalik.

Patung Bung Karno dan Bung Hatta di gerbang masuk
Tugu Pahlawan didirikan untuk mengenang sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo dan seluruh masyarakat Indonesia yang ikut serta mempertahankan kemerdekaan dalam momen bersejarah 10 November 1945 di Surabaya. Tugu ini berdiri di kawasan seluas 2,5 hektar yang dahulunya merupakan kantor Raad Van Justititie atau Gedung Pengadilan Tinggi pada masa penjajahan Belanda. Di kawasan ini terdapat beberapa spot yaitu lapangan besar, Tugu Pahlawan, Kompleks makam pahlawan tak dikenal, Museum 10 November yang sudah tutup pukul 14.00, mobil antik milik Bung Tomo dan beberapa patung-patung tokoh Belanda.

Tugu Pahlawan
Makam pahlawan tak dikenal
Museum 10 November
Mobil antik mlik Bung Tomo
Pilar-pilar di gerbang masuk

Siang itu sangat terik, saya tidak berlama-lama berada di kawasan ini karena matahari sangat menyengat dan bisa membuat dehidrasi. AC bus terasa sangat nikmat ketika saya duduk dan siap melanjutkan perjalanan berikutnya yaitu berkunjung ke salah satu gedung tercantik di Surabaya, Gedung PTPN XI yang hanya dibuka untuk umum jika menjadi peserta SHT ini, sungguh moment yang tidak bisa didapat kapan saja bukan?

Gedung PTPN XI
Sampai di area parkir, saya cukup takjub dengan bangunan luar gedung ini yang seluruh dindingnya berwarna merah bata dengan tekstur kasar, yaitu campuran semen dan kerikil yang diplester. Kemudian di beberapa sisi gedung terlihat celah sekitar 3 cm seakan gedung ini terbelah menjadi tiga bagian, ternyata celah ini merupakan salah satu teknik arsitektur (saya lupa istilahnya) yang berfungsi untuk mengurangi pergeseran bangunan. Dahulu, lokasi bangunan ini merupakan tanah yang rawan sehingga rentan mengalami pergeseran/amblas. Celah ini akan berfungsi jika ada pergeseran, banguan tetap berdiri dengan saling menyangga antara satu banguan dengan bangunan yang lain. Celah ini memanjang dari depan ke belakang dan dari atas ke bawah. Hal ini terbukti dengan dibangunnya bangunan serupa di belakang gedung, yang walaupun usianya lebih muda tetapi sudah amblas karena tidak menggunakan teknis celah ini.

Tangga megah setelah pintu utama
Ekterior tengah, tampak celah 3 cm yang memisahkan bangunan
Interior lantai 2 yang full marmer
Interior lantai 1
Gedung PTPN XI ini merupakan salah satu bangunan terbesar pada jamannya dan seluruh material bangunan didatangkan langsung dari Belanda dan Itali yang pastinya memiliki kualitas nomor 1, hal ini terlihat dari kualitas bangunannya yang hingga saat ini belum pernah direvonasi sama sekali. Semula, gedung ini merupakan gedung Namblosde Venotschaaf Handels Vereeniging Amesterdam, sebuah perusahaan perkebunan milik Belanda yang mengontrol produksi gula. Pada tahun 1958 menjadi gedung PTPN XI setelah pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan perkebunan asing. Cantiknya bangunan ini sering dijadikan lokasi foto pre-wedding.

Setelah puas berkeliling gedung PTPN XI maka tour kami pun berakhir, saya ditawarkan untuk mengikuti tour pukul 15.00 dan akan keliling China Town dalam rangka menyambut imlek, tapi sayang karena waktu yang terbatas saya belum bisa join karena masih ada HoS yang belum saya kunjungi dan jadwal flight yang cukup mepet. Silakan jika berkunjung ke Surabaya mampirlah untuk join Surabaya Heritage Track ini, karena bisa menambah wawasan mengenai sejarah kota Surabaya dan yang penting : Gratis! :p

Foto :
Dokumentasi Pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar