Aku : Hai! Aku, rindu. Kamu siapa?
Kamu : Aku? Entahlah. Mau membantu mencari tahu?
Aku : Mau. Tentu saja mau. Apa yang kamu ingat?
Kamu : Mau duduk terlebih dahulu? Aku lelah. Sambil menyeduh kopi, mungkin?
Aku : Jangan kopi. Cokelat hangat, adakah? Aku ingin menikmatinya didampingi pelukanmu, boleh?
Kamu : Pelukanku? Kamu siapa? Kamu orang asing bagiku.
Aku : *kebingungan* *tampak berjalan menjauh*
Kamu : Ah, kenapa menjauh? Bukankah kamu bilang kamu akan membantuku? Hanya harapan kosong, kah?
Aku : Siapa yang menjauh? Ini aku di pojok hatimu, menunggu waktu. Menunggu kamu membukakan pintu untuk masuk ke sana.
Kamu : Apa yang kamu lakukan di sana? Mau sampai kapan menunggu?
Aku : Sampai kamu mau *tersenyum* *buat tenda*
Kamu : Di luar dingin. Lebih baik di dalam
Aku : *tersenyum* *melangkah mendekat*
Kamu : Maksudku, masuklah ke tendamu *sambil tergelak*
Aku : Baiklah. Kalau begitu, biar aku di luar saja, agar hati kamu terlihat. Jadi jika ada apa-apa aku bisa cepat bertindak.
Kamu : Hatiku punya self-healing
Aku : Kalau begitu, biar aku yang jaga. Aku akan berusaha agar hatimu tidak terluka. Jadi, self-healing tak ada pun, kamu tak apa
Kamu : Di dalam situ terlalu berbahaya, nanti kamu sendiri yang terluka, bagaimana?
Aku : Biarkan. Aku tak apa. Aku hanya akan terluka, saat kamu terluka.
Kamu : Kalau hati kamu sendiri bagaimana? Uuumm, tak apa kan kalau aku bertanya seperti itu?
Aku : Hatiku? Sudah lama mati sebenarnya. Tapi, kamu, membuatnya berdetak lagi
Kamu : Aku? Tapi kita baru saja bertemu. Atau, kita pernah bertemu sebelumnya?
Aku : Entah, aku juga tak sadar. Yang aku tau, baru kamu yang bisa membuat hati ini berdegup lagi. Itu saja, alasan yang cukup buatku.
Kamu : Ah, coklat hangatnya sudah mulai dingin. Minumlah dahulu. Sambil menyusuri jalan di depan, mungkin?
Aku : Boleh sambil menggenggam tanganmu?
Kamu : Boleh. Tapi, jangan terlalu erat, pun terlalu longgar
Aku : *tersenyum*
Kamu : Tapi, jalan di depan terlalu berbahaya. Masih mau menyusurinya?
Aku : Tentang itu, sejak awal pun aku tau. Bagaimana dengan kamu? Aku lebih banyak pemaklumannya
Kamu : Pemakluman seperti apa? Aku tidak mengerti
Aku : Kita bicarakan dengan secangkir cokelat hangat yang baru, bagaimana?
Kamu : Baiklah..
*bersambung*
*ditulis dengan rindu yang tak kunjung bersambung*
Repost :
http://spidertazmo.tumblr.com/post/133183447932/01-keresahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar