Telusur goa atau caving di goa alami merupakan pengalaman pertama saya menjelajah kegelapan. Tidak pernah tahu sebelumnya apakah saya memiliki riwayat claustrophobia atau tidak, ketika ajakan ini datang dan saya punya kesempatan, tidak saya tolak. Ya, kalau pun pada akhirnya ketika di lokasi saya ternyata phobia ya sudah mau bagaimana lagi hehehe. Goa Buniayu, Sukabumi menjadi goa alami pertama yang saya jelajahi. Berada di wilayah Cipicung, sering disebut Goa Cipicung atau Goa Siluman. Kata Buniayu diambil dari bahasa Sunda, yaitu "Buni" dan "Ayu" yang memiliki arti "kecantikan yang tersembunyi" dan memang betul di antara kegelapan bawah bumi ini memang tersembunyi kecantikan yg mengundang decak kagum.
 |
Selamat datang di kawasan Goa Buniayu! |
Berangkat dari Bogor menggunakan kereta menuju Sukabumi, ini pun kali pertama saya menggunakan jalur Paledang - Sukabumi, maklum saja stasiun Paledang ini sudah sangat lama sekali tidak dioperasikan dan baru dioperasikan kembali beberapa tahun lalu. Di sukabumi kami menginap semalam untuk beristirahat dan berpetualang pada keesokan harinya.
 |
Stasiun Paledang sore itu |
 |
Travelmates |
Setelah mengisi perut dengan bubur ayam khas Sukabumi (tidak hanya Cianjur katanya), kami berangkat menuju daerah Cipicung. Perjalanan mencarter angkot memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan, lumayan jauh ternyata, jalanannya pun berbelok belok naik turun. Sampai di kawasan Goa Buniayu, kami disambut oleh pemandu yang sudah kami hubungi sebelumnya. Kami dipersilakan untuk beristirahat dan bersiap menggunakan baju caving yang sudah disiapkan. Di kawasan Buniayu ini juga terdapat camping ground dan rumah-rumah kayu yang disewakan untuk menginap, di sekitarnya ditumbuhi pepohonan tinggi nan lebat. Untuk memulai petualangan, kami diharuskan menggunakan wearpack, safety shoes, helmet dan wajib membawa senter atau headlamp lebih baik.
 |
Suasana kawasan Buniayu yang sangat asri |
 |
Camping Ground |
 |
Rumah-rumah kayu |
 |
Dipilih dipilih bajunya |
 |
Genk Naruto siap beraksi! |
Sebelum memulai susur goa, kami melakukan briefing terlebih dahulu. Sebetulnya ada 2 jenis perjalanan susur goa, yaitu perjalanan umum yg ditempuh sepanjang 500 m dan lebih santai. Lainnya adalah perjalanan khusus yg ditempuh 4-5 jam dgn peralatan caving khusus dan ditemani pemandu lokal. Tentu saja kalau sudah jauh-jauh kesini harus mencoba perjalanan khusus. Maka kami pun tentu saja akan melakukan perjalanan khusus. Untuk memulai masuk ke dalam goa, kami harus melakukan rappeling karena mulut goa merupakan goa vertikal dengan kedalaman sekitar 18 meter. Oke, ini sangat menantang dan cukup menakutkan sebetulnya, hehhehe.
 |
Rappeling pertama |
 |
Belum seberapa dibandingkan masuk mulut goa |
Mulut goa adalah celah sempit vertikal dan berbatu tajam, ketika melihat ke dalam celah sama sekali tidak terlihat setitik cahaya pun, betul-betul gelap jadi kita tidak tahu apa yang akan menyambut kita di bawah sana, hanya kegelapan. Giliran saya pun tiba, tali saya melesat ke bawah, mulut tidak berhenti berdzikir, saya takut. Takut jatuh dan membayangkan terbentur bebatuan karang tajam di bawah sana. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Ternyata di bawah celah sempit mulut goa, terdapat sebuah ruangan yang sangat besar, saya pun sempat menyinarkan senter saya ke seluruh ruangan, sangat besar dan lembab dan sepi hanya ada suara kami.
Setelah semua anggota tim turun dengan selamat, kami melanjutkan perjalanan dipandu oleh guide yang siap siaga membantu kami jika kesulitan melewati trek. Trek yang dilalui sangat beragam, mulai dari trek tanah kering, berair, basah, berbatu, banjir hingga berlumpur. Jalan tegak biasa, merunduk, memanjat, rappeling, lompat hingga merayap harus dilalui. Stalaktit dan stalakmit menghias indah di sepanjang dinding goa, terkadang terlihat sangat berkilauan ketika terpapar cahaya lampu senter, akibat mineral yang terkandung di dalamnya. Tetesan air, air terjun hingga sungai bawah tanah yang mengalir deras akan menjadi teman sepanjang perjalanan.
 |
Berpose di kegelapan |
 |
Salah satu stalaktit yang menjulang indah |
 |
Mirip stalaktit |
Sungguh keindahan di dalam kegelapan ini sangat membuat berdecak kagum, subhanallah, masyaallah. Perjalanan 5 jam pun sungguh tidak terasa karena kami begitu menikmati setiap moment perjalanan kami. Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika di tengah perjalanan pemandu akan menginstruksikan untuk duduk beristirahat, pemandu kemudian akan menginstruksikan untuk diam dan mematikan seluruh sumber cahaya. Pada saat itulah kami merasakan yang namanya gelap abadi. Tidak ada setitik pun cahaya, sunyi, senyap, lembab dan hanya terdengar suara tetesan air di kejauhan. Sungguh rasanya luar biasa, kita makhluk yang betul-betul kecil dan tidak berdaya di tengah ciptaan-Nya yang sungguh luar biasa. Tidak terbayang jika harus terjebak di tempat itu, sendiri, tanpa logistik dan tanpa cahaya, hanya bisa berdiam, berdoa dan menunggu. Menunggu pertolongan atau menunggu ajal.
Trek paling sulit menurut saya adalah trek berlumpur karena lumpurnya merupakan lumpur tanah liat yang sangat lengket. Apalagi trek yang ditemui disepertiga akhir perjalanan ini memiliki kedalaman hingga sepinggang orang dewasa. Tak heran sepatu bot kami sering hilang tertelan dan sulit mencarinya. Setelah perjalanan terakhir yang sangat berat, di ujung goa akan terliat tangga yang di ujungnya muncul seberkas cahaya, menandakan akhir perjalanan panjang kami di dalam perut bumi. Alhamdulillah.
 |
After caving |
Puas bermain lumpur, keluar goa kami dipandu menuju Curug Bibijilan yang tidak begitu jauh untuk membersihkan diri dari sisa lumpur ataupun sekedar bermain air. Curug ini cukup tinggi dan alirannya deras, namun berundak-undak sehingga sangat nyaman untuk sekedar membersihkan badan dan tiduran di derasnya air yang sangat menyegarkan.
 |
Main air di Curug Bibijilan |
 |
Bersih-bersih lumpur |
 |
Terima kasih sudah memperkenalkan saya dengan caving! |
Kapok? Sungguh tidak, bahkan saya ketagihan untuk melakukan caving lagi. Mudah-mudahan ada kesempatan untuk menyambangi goa lainnya, target berikutnya adalah Goa Barat, Kebumen, mudah-mudahan bisa kesampaian, insyaallah, aamiin. Saya juga tertarik untuk melakukan shower climbing, yaitu menyusuri dan memanjat air terjun yang lokasinya tidak jauh dari Curug Bibijilan. Ada yang minat join? Yuk berangkat!
Foto :
Dokumentasi Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar