Solo hiking? Siapa berani?
Hahahaha, ya saya sebenarnya tidak seberani itu untuk melakukan solo hiking, hanya saja kepenatan yang memuncak membuat saya melangkahkan kaki untuk pergi sejenak dari carut marutnya hari. Kabur lagi? Hahaha bukan, ya tidak ada salahnya toh untuk sejenak bermain dengan alam dan menghirup udara segar pegunungan. Travel heals, at least.
![]() |
Rimbunnya Hutan Pinus Gunung Salak |
Suaka Elang Loji, mungkin belum banyak yang tahu, kecuali para pemain instagram, yang mana tempat ini merupakan salah satu lokasi yang cukup hits di dunia para instagramers. Pun tidak terlalu jauh dari Kota Bogor, Suaka Elang terletak di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kampung Loji, Kecamatan Cigombong. Kebetulan saya menggunakan moda tansportasi umum, jadi rute yang dilalui adalah melalui jalur Jalan Raya Sukabumi. Dari Terminal Baranang Siang dapat menempuh perjalanan menggunakan mobil L300 jurusan Sukabumi, kemudian turun di Pasar Caringin dan melanjutkan perjalanan menggunakan ojek untuk minta diantarkan ke lokasi. Memang ketika saya bertanya ke beberapa orang, banyak yang tidak tahu mengenai tempat ini, bilang saja hendak ke Kampung Loji, nanti jika sudah sampai bisa bertanya lagi untuk lebih detail jalan menuju lokasi.
![]() |
Petunjuk arah terakhir di area persawahan |
Bagi pengguna motor, jalanan menuju lokasi memang agak sulit karena jalanannya berbatu dan rusak, jika sudah sampai di sebuah bukit dekat tambang batu dapat memarkirkan motor, sisanya bisa berjalan kaki. Baiknya memang membawa bekal makanan dan minuman karena warung terakhir hanya ada sebelum wilayah persawahan, sisanya anda tidak akan menemukan warung lagi karena semuanya hutan hehehe.
![]() |
Area persawahan |
Trek pertama yang dilalui adalah area persawahan, ketika saya melintas memang terlalu pagi sehingga halimun/kabut turun begitu tebalnya. Saya sempat berhenti dan berjalan mundur karena ragu untuk melintasi kabut dan sempat terdiam untuk beberapa saat menunggu matahari naik agar kabut segera hilang. Sejauh beberapa kali pengalaman saya mengunjungi kaki Gunung Salak, kabut di kaki gunung ini memang sangat tebal, agak khawatir terjatuh atau tersesat karena berjalan sendirian, jadi lebih baik menunggu diam sampai kabut tersebut hilang.
![]() |
Halimun |
![]() |
Kabut tebal |
![]() |
Kabut perlahan hilang |
Matahari mulai naik dan kabut pun perlahan hilang, alhamdulillah, saya melanjutkan perjalanan kembali, melintasi sungai dan memasuki hutan pinus. Ikuti saja jalan setapak yang sudah dibuat rapi, walaupun tidak ada petunjuk yang jelas, jalan yang rapi pun dapat dijadikan petunjuk arah. Di kejauhan sebelah kiri tampak terlihat sebuah bangunan yang harus dilintasi melalui jembatan gantung. Di depan jembatan gantung terdapat sebuah pos registrasi yang pagi itu tampak kosong dan tutup, sepertinya saya kepagian, waktu masih menunjukkan pukul 07.00 hehehe. Kepagian tapi udaranya memang sangat luar biasa segarnya.
![]() |
Bebatuan melintas sungai |
![]() |
Pos registrasi yang masih tutup |
Saya melintasi jembatan gantung yang bergoyang sangat luar biasa, agak mengerikan sebetulnya dan harus berhati-hati karena ada ada beberapa pijakan kayu yang tampak sudah lapuk. Jembatan ini melintas di atas sungai dengan ketinggian sekitar 15 meter, lumayan tinggi.
![]() |
Jembatan gantung |
![]() |
Ketinggian jembatan di atas sungai |
Bangunan yang terlihat dari kejauhan merupakan tempat tinggal penjaga dan pusat informasi. Saya melongok ke dalam rumah, tampak seorang pemuda yang sepertinya baru bangun tidur. Saya mohon ijin untuk melihat koleksi elang dan berjalan-jalan sekitar kawasan. Untuk sampai di air terjun Cibadak, katanya harus naik ke atas dan hiking sekitar 45 menit. Namanya Mas Joni, katanya harus registrasi terlebih dahulu, tapi karena dia baru bangun, nanti saja agak siangan. Hehehe, saya memang kepagian ya. Di depan pusat informasi terdapat sebuah dek atau dermaga dari kayu, cukup besar, namun sayang sudah lapuk, terdapat peringatan di kaca untuk tidak melintas. Melihat kondisinya yang lapuk, saya pun tidak berani untuk menuju dek. Sayang sekali, tidak dibenahi, padahal sangat menarik.
Saya menikmati udara segar di bawah rimbun dan tingginya pepohonan pinus. Penasaran seperti apa Curug Cibadak, saya melangkahkan kaki di antara rimbunnya pepohonan. Trek pertama masih adak lebar dengan kiri dan kanan pohon pinus, semakin lama trek semakin sempit, pepohonan mirip pohon kopi yang rimbun dan semakin gelap. Keringat mulai mengucur deras di pagi yang segar itu, hmm nikmatnya. Kira-kira separuh jalan, saya melihat di depan, kabut perlahan turun kembali, sangat tebal. Agak ragu karena sendirian di tengah hutan, saya mengurungkan niat untuk melanjutkan perjalanan dan kembali mundur turun. Hanya 2 hal yang saya khawatirkan saat solo hiking ini, yaitu binatang buas misalnya ular atau harimau dan kabut. BInatang buas, saya tidak mungkin mampu melawannya dan kabut tebal bisa menyesatkan. Di tengah hutan rimba seorang diri membuat saya merasa kecil dan tidak berdaya, tapi tenang saja, saya punya Allah yang akan melindungi.
Saya turun kembali ke pepohonan pinus dan duduk sejenak menunggu matahari agak lebih tinggi agar kabut di atas hilang. Serombongan siswa-siswi SMK pun melintas menyapa saya yang sedang duduk, mereka hendak ke Curug Cibadak. Saya pun tersenyum dan mengikuti dari belakang, lumayan ada teman jalan, hehehe. Sekitar 30 menit dari mulai trek landai, hingga trek berbatu dan semakin lama semakin berat karena harus mengangkat dengkul bertemu dada, tandanya curug sudah semakin dekat. Keringat yang mengucur sangat deras sebentar lagi akan terbayar.
Jika sudah menemukan jembatan kayu di sisi jurang, maka curug sudah sangat dekat. Suara air deras pun mulai terdengar dan di depan mata terhampar Curug Cibadak yang cantik. Curug Cibadak, salah satu kecantikan di kaki Gunung Salak berada di ketinggian kurang lebih 900 mdpl. Curug ini tidak begitu besar, aliran airnya kecil dan tampak seperti selendang putih yang tergerai di antara bebatuan dan hijaunya pepohonan. Curug ini terbagi menjadi dua aliran utama dan sumber aliran berasal dari air terjun di atasnya lagi. Di tebing sebelah kanan pun terdapat curahan air yang dibawahnya air dialirkan melalui pipa seperti pancuran, saya sempat mencicipi airnya, wah rasanya segar sekali, lumayan bisa mengisi ulang botol minum dengan air mineral pegunungan asli langsung dari sumbernya, hehehe.
Sempat bermain air dan bercanda dengan anak-anak kelas X SMK, ah anggap saja saya sedang mengasuh adik-adik. Mereka pun minta difotokan berkali-kali, bermain air dan tawa mereka lepas, seperti tanpa beban. Saya pun ikut tertawa dan tersenyum melihatnya. Kata seseorang dari mereka, ia takjub melihat saya hiking seorang diri. Hahaha, tidak tahu saja dia, saya beberapa kali berhenti dan melangkah mundur hanya karena bertemu kabut, hehehe. Setelah beristirahat dan membasuh muka, saya pamit kepada mereka untuk turun lebih dulu, kata mereka "Hati-hati ya kakaaaaaaak..!"
Saya pun turun sambil mendengarkan musik, seperti biasa jalan pulang selalu terasa lebih dekat dan cepat. Tak lama saya sudah sampai di hutan pinus, di pos registrasi saya bertemu dan berbincang sebentar dengan Mas Joni. Biaya registrasi sangat murah, saat itu hanya Rp. 7.500 saja. Saya sampaikan bahwa saya baru turun dari Curug Cibadak, tadi sempat naik bersama rombongan anak-anak SMK. "Kirain saya mbak udah pulang hehehe..istirahat dulu mbak, kalo mau lihat elang ikutin aja jalan setapak ke kiri" katanya.
![]() |
Dek yang sudah lapuk |
![]() |
Segarnya wangi pinus |
![]() |
Siap hiking |
![]() |
Jalur hiking yang mulai rapat |
![]() |
Bersama dedek-dedek SMK |
![]() |
Salah satu trek |
![]() |
Jembatan di sisi jurang |
![]() |
Cantiknya Curug Cibadak |
![]() |
Me and waterfall |
![]() |
Pancuran air mineral |
![]() |
Nice to meet you dedek-dedek |
Belum terlalu lelah, saya pun pamit untuk melihat koleksi elang yang sedang ditangkarkan. Dari 5 buah kandang yang tersedia, hanya 3 ekor elang yang tampak. Saya kurang paham mengenai jenis-jenis elang ini, ukurannya memang besar dan suaranya kencang saling bersahut-sahutan. Katanya elang-elang ini diambil dari elang yang warga tangkap kemudian ditangkarkan dan dirawat disini.
Tengah hari saya pun turun pulang, perut mulai keroncongan. DI warung dekat area persawahan, saya mampir untuk mengisi perut. Semangkuk mie instant + telur menjadi menu siang itu. Beberapa orang tampak naik ke arah Suaka Elang, wow siang sekali. Ada beberapa yang saya sapa, ada yang hendak berkemah ada pula yang hendak ke curug. Rombongan anak-anak SMK pun terlhat turun dan menyapa saya kembal "Kaaaaak, duluan yaaaa..." sambil saya melambaikan tangan.
Selesai menyantap makan, saya berjalan pulang ke arah sebuah bukit tempat memarkirkan kendaraan. Bukit ini memiliki nama ternyata, Bukit Kagagas namanya. Sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi, sebetulnya merupakan bukit yang dikeruk dan diambil batunya. Tampak beberapa area sudah tergerus, bahkan ketika saya datang ada truk dan beberapa orang yang tampak sedang mengangkut bebatuan. Saya ijin untuk mendaki, di sisi timur tampak jalur untuk mendaki, "Naik aja teh, kalo mau foto-foto di atas bagus.."
Jalur mendaki berupa undakan-undakan tangga yang tiap anak tangganya membuat tempurung lutut bertemu dada. Di atas bukit tampak sebuah rumah kecil dari kayu, saya beristirahat sejenak. Tampaknya bukit ini jarang dikunjungi orang, kecuali para penambang batu, karena rumputnya sangat tinggi terlihat jarang dipijak. Rerumputan ilalang tumbuh subur di atas bukit ini, tertiup angin, cantik. Di kejauhan tampak cityscape dan landscape hijau, tampak pula danau lokasi pertambangan batu di kejauhan.
View dari atas Bukit Kagagas |
![]() |
Rumah kayu di atas bukit |
![]() |
Galian batu terlihat dari kejauhan |
Tubuh sudah mulai lelah, saya menuruni bukit dan berjalan pulang. Terima kasih Gunung Salak, atas pengalamannya hari ini, Solo hiking dan fresh escape! Betul-betul segar, alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas limpahan rahmat-Mu. Alhamdulillah masih bisa merasakan nikmatnya sehat, berkeringat dan udara segar hari ini. Kembali merasa kecil dan tidak berdaya, kecuali dengan perlindungan dan kuasa-Nya. Serahkan semuanya pada-Nya karena rencana Allah pasti yang terbaik, aamiin.
Foto :
Dokumentasi Pribadi