Jumat, 05 Desember 2014

Boyhood [2014]




Boyhood
2014
Director : Richard Linklater
Writers : Richard Linklater
Stars : Ellar Coltrane, Patricia Arquatte, Ethan Hawke, Lorelei Linklater
Genres : Drama
Runtime : 165 min
IMDb Rating : 8,5/10

"12 years in the making"

Proses produksi dan shooting yang menghabiskan waktu selama 12 tahun membuat saya tertarik untuk menjamah film ini. FIlm yang berdurasi cukup panjang ini menceritakan mengenai kehidupan seorang anak kecil bernama Mason (Ellar Coltrane) dari usia 5 tahun hingga 18 tahun dengan background keluarga yang broken home. Ia bersama sang kakak, Samantha (Lorelei Linklater) harus menghadapi kehidupan masa kecil hingga dewasa dengan sosok ayah yang hanya bisa ditemui setiap liburan dan sosok ibu yang memiliki kehidupan pernikahan yang berat.

Perjalanan panjang ini dibuat betul-betul mengikuti pertumbuhan para aktornya. Bagaimana Mason melewati fase demi fase kehidupan digambarkan dengan sangat baik di film ini. TIdak dibuat-buat dan tidak ada visual effect tambahan karena bertambahnya usia para aktor dan aktris adalah nyata. Hal-hal yang sedang trend pada masanya membuat penonton merasakan ikut "bertumbuh" bersama para tokohnya, misalnya demam Dragon Ball, Harry Potter, Twilight dan sebagainya. Perbincangan politik seperti invasi ke Irak dan pertarungan calon presiden Barack Obama dan McCain pun turut menjadi bumbu-bumbu timeline yang menarik. Perubahan suara Mason dari bocah hingga dewasa, perubahan perilaku dan berbagai perubahan yang terjadi selama 12 tahun digambarkan dengan alami di film ini.

Perubahan Mason kecil hingga dewasa di film Boyhood
Sungguh sebuah karya yang sangat patut diapresiasi kepada sang Director yang memiliki jiwa idealis, 12 tahun proses produksi tentunya bukan merupakan hal yang mudah dijalani. Walaupun prosesnya hanya dilakukan selama beberapa hari saja pada setiap tahunnya, namun hal tersebut memerlukan konsistensi yang luar biasa, tak heran jika ia mendapatkan banyak pujian. Sebuah karya "diam-diam" yang baru bisa dinikmati oleh pecinta film 12 tahun kemudian.

Cerita yang sederhana namun dapat menggambarkan realitas kehidupan mampu membuat penonton turut larut dalam ceritanya. Namun durasi yang sangat lama tampaknya dapat membuat penonton yang tidak terlalu menyukai sejenis film biografi menjadi bosan.

Overall rating versi saya untuk film ini :
8 /10

Sumber gambar :
http://www.imdb.com/title/tt1065073/?ref_=fn_al_tt_1
http://www.talkmen.com/articles/read/1580/boyhood-film-yang-diproduksi-selama-12-tahun/

Minggu, 30 November 2014

Situs Megalitikum Gunung Padang

Akhir bulan lalu saya mendapat ajakan untuk one day trip mencicipi hiking ke Gunung Padang, Cianjur. Sebuah situs megalitikum yang konon merupakan sisa peradaban 3500 tahun sebelum masehi. Saya bersama 14 teman dari komunitas jalan Doyan Jalan pun berangkat dengan menyewa 1 unit elf dengan jumlah seats 15. Pas juga karena mengunjungi situs ini merupakan salah satu bucketlist saya :)


Situs Megalitikum Gunung Padang
Dari 15 orang tersebut sebelumnya saya hanya kenal setengahnya saja dan perjalanan kali pun tentunya turut menambah list teman jalan di kontak saya, alhamdulillah hehehe. Sebelum berangkat kami mendiskusikan perjalanan melalui grup Whatsapp, bagaimana menuju kesana, share cost yang dikeluarkan, konsumsi dan sebagainya. Kami pun sepakat untuk share cost sebesar Rp. 140.000 sudah termasuk transportasi dan makan siang. Lumayan. Kebetulan saat itu di kantor saya sedang hectic jadi tidak terlalu terlibat banyak dalam diskusi, seluruh keputusan saya serahkan kepada rekan-rekan.

Elf pun meluncur dari Jakarta menjemput teman-teman di Bogor termasuk saya lalu melanjutkan perjalanan. Rencana sebelumnya kami akan melalui jalur Puncak, namun tak disangka antrian panjang mengular menuju Puncak sudah dimulai dari tol, kami pikir sudah dimulai proses buka tutup jalan. Namun, menurut informasi yang kami dapatkan dari calo-calo jalan pintas di tol,  jalanan menuju Puncak mengalami Grid Lock saking padatnya, bukan buka tutup. Akhirnya kami memutuskan untuk berbelok arah memutar menuju Sukabumi. Kami tak beruntung ternyata jalanan menuju Sukabumi pun padat, terlebih terdapat jalan yang sedang dilakukan pengecoran.

Tapi tak masalah, saya jadi lebih tahu keadaan kota Sukabumi seperti apa, anggap saja sekalian city tour hehe. Sekitar waktu Dzuhur kami hampir sampai di lokasi, dari kejauhan sudah terlihat bentuk bukit dan punden berundak dari Gunung Padang. Kami pun menyempatkan menepi di musholla untuk sholat Dzuhur berjamaah dan makan siang bersama. Makan siang kali ini disupport oleh katering pemilik kos dari salah satu teman jalan yang masakannya enak dan murah meriah. Sholat berjamaah dan makan siang bersama rasanya menambah kenikmatan hari itu.

Setelah beristirahat kami pun melanjutkan perjalanan menuju Gunung Padang. Sampai di area Gunung Padang, kami pun disambut oleh sebuah gapura yang sepertinya baru selesai dikerjakan bertuliskan "Situs Megalith Gunung Padang Cianjur". Tampak seperti jaman batu ala film Flinstone ya, hehehe.

Selamat datang
Dari parkiran elf kami berjalan kami menuju starting point pendakian Gunung Padang dengan jalanan aspal yang cukup curam dan menanjak. Sebetulnya ada banyak sekali tukang ojek yang menawarkan jasanya, namun karena kami sangat suka berjalan kaki alhasil semua pun menolak, hehe maafkan kami abang-abang ojek :p

Setelah mengurus tiket kami pun mulai pendakian, ternyata trek yang dilalui berupa tanjakan batu yang memiliki kemiringan sangat curam. Alhamdulillah tidak hujan jadi tidak licin, tetapi tetap harus berhati-hati dan jaga stamina karena lumayan capek untuk sampai atas. Ada beberapa teman yang sempat berhenti di tengah jalan bekali-kali karena merasa kurang sehat tapi pada akhirnya kami semua pun berhasil sampai atas. Saya pun bersyukur karena walaupun hanya melakukan olahraga seminggu sekali, tapi itu rasanya cukup membantu stamina saya untuk hal-hal seperti ini, hehehe.

Kondisi tangga bebatuan yang harus dilalui
Singkat kata sampailah kami di teras pertama Gunung Padang, tampak terlihat bongkahan-bongkahan batu berbentuk balok berserakan, baik dalam posisi berdiri (disebut menhir) maupun tidur dengan rerumputan hijau yang tampak subur. Tampak pula papan-papan larangan menginjak batu menhir dan larangan memukul batu yang ada di kawasan Gunung Padang.

Bebatuan purba dan papan larangan
Gunung Padang ini pada dasarnya merupakan sebuah bukit bebatuan yang terletak pada ketinggian 885 m dpl. Tidak heran jika pemandangan di sekelilingnya begitu indah dengan lembah dan perbukitan yang hijau subur. Damai rasanya berdiri di ketinggian sambil menikmati landscape yang begitu indah. Situs Gunung Padang ini terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur. Konon merupakan kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. Namun, hipotesis mengenai keberadaan piramida purbakala sempat dibantah oleh ahli arkeolog dan eksplorasinya diminta untuk segera dihentikan karena dikhawatirkan bersifat merusak.

Memandang kejauhan
Saya cukup takjub dengan bentuk bebatuan yang ada di Gunung Padang yang seluruhnya berbentuk balok. Konon pada jaman dahulu area Gunung Padang ini dijadikan sebagai tempat ibadah. Kami pun mulai mengekplor setiap teras Gunung Padang. Di teras kedua dan ketiga areanya lebih luas daripada teras pertama dengan rerumputan yang lebih lapang dan hijau. Kami pun sempat mengabadikan foto di teras kedua. 

Foto gila yang bikin rame dan berisik di teras kedua
Hari mulai sore dan kami pun bergegas turun. Tenyata trek turun berbeda dengan trek naik yang curam dan berbatu. Jalurnya turun sangat mudah dilalui dan lebih landai. Heuheuheu kenapa naiknya tidak melalui trek yang ini saja ya? *speechless*

Foto :
Dokumentasi pribadi

Sabtu, 29 November 2014

Kill Bill Vol. 2 [2004]


Kill Bill Vol. 2
2004
Director : Quentin Tarantino
Writers : Quentin Tarantino
Stars : Uma Thurman, David Carradine, Michael Madsen
Genres : Action, Crime, Thriller
Runtime : 137 min
IMDb Rating : 8/10

"The Brides is back, for the final cut"


Di volume 2 ini, sang pengantin kembali untuk melanjutkan tujuan utamanya yaitu membunuh Bill. Setelah menghabisi O-ren Ishii (Lucy Liu) di volume 1, Beatrix Kiddo (Uma Thurman) melanjutkan pencarian orang-orang yang ada di daftar kematian yang ia buat. Orang-orang yang akan dihabisi berikutnya adalah Budd (Michael Madsen) adik Bill, Elle Driver (Daryl Hannah) dan Bill (David Carradine).

Sekuel ini berisi flashback mengenai kisah pembantaian Beatrix Kiddo di rehearsal pernikahannya dan tentunya aksi balas dendam untuk membunuh Bill dan anak buahnya. Tidak terlalu banyak adegan slasher seperti film pertama, akan tetapi volume ini lebih menekankan pada drama dan plot yang cukup lambat dengan dialog-dialog yang panjang. Runtime 137 menit cukup membuat penonton agak bosan jika mengharapkan film kedua ini seperti film pertama yang memiliki ritme cepat dan adegan action yang bertubi-tubi. Tapi hal ini tidak membuat karya Tarantino ini menjadi buruk, bagaimana ia mampu menghidupkan karakter-karakter dalam film melalui jajaran cast yang luar biasa dengan plot yang tidak terduga akan tetap membuat penggemar Tarantino jatuh cinta dengan sekuel film ini.

Adegan paling menarik di film ini adalah adegan fighting antara Beatrix Kiddo dengan Elle Driver, walaupun adegannya sangat singkat tetapi akan membuat penonton takjub dengan tindakan yang Beatrix Kiddo lakukan untuk melumpuhkan Elle. Sangat tidak terduga dan luar biasa. Kemudian bagaimana Beatrix mampu bertahan dan keluar dari dalam tanah ketika harus dikubur hidup-hidup. Saya sangat jatuh cinta dengan Uma Thurman yang memerankan karakter Beatrix Kiddo, terlihat sangat kuat dan tak terkalahkan, sosok pejuang yang luar biasa dengan ekspresi wajah penuh amarah berbalut kepedihan yang terpancar dari sorot matanya.

Tapi saya cukup kecewa dengan pertarungan face to face antara Beatrix Kiddo dengan Bill yang terasa kurang greget dan sangat kurang adegan action. Mungkin karena saya mengharapkan pertarungan akhir yang sengit, dimana adegan "Kill Bill" merupakan adegan klimaks yang merupakan tujuan utama film yang tertuang dalam judul.

Overall rating versi saya untuk film ini :
7,2 /10

Steal My Heart aka Catch Me aka Kaechimi [2013]


Steal My Heart aka Catch Me aka Kaechimi
2013
Director : Hyun Jong Lee
Writers : Hyun Jong Lee, Yeong Ah Yoo
Stars : Won Joo, Ah Jung Kim, Do Bin Baek
Genres : Comedy, Romance
Runtime : 115 min
IMDb Rating : 6,2/10

Seorang detektif muda berprestasi bernama Lee Ho Tae (Won Joo) tengah berurusan dengan pengejaran serial killer yang tengah buron. Tak disangka penangkapan berjalan dengan sangat mudah karena ketika proses penyergapan berlangsung, sang serial killer secara tidak sengaja terluka karena menjadi korban tabrak lari oleh seseorang tak dikenal. 

Cerita pun berlanjut menjadi pengejaran dan pencarian tersangka tabrak lari yang ternyata orang tersebut merupakan kisah cinta masa lalu Lee Ho Tae yaitu Yoon Jin Sook (Ah Jung Kim). Terjebak dalam dilema kisah cinta lama bersemi kembali, Lee Ho Tae tidak hanya berurusan dengan seorang pelaku tabrak lari, ternyata Yoon Jin Sook merupakan seorang pencuri kelas kakap yang amat licin dan sedang berada dalam pengejaran polisi. 

Kisah pun berlanjut dengan flashback masa lalu dimana 10 tahun yang lalu mereka mulai saling jatuh cinta, cerita dibalik semua kisah yang mereka lalui saat ini dan bagaimana dilema seorang Lee Ho Tae, seorang polisi yang harus melindungi tersangka kasus kriminal berat.

Flashback kisah cinta masa lalu antara Lee Ho Tae dan Yoon Jin Sook, bagaimana mereka berdua harus berkejaran dengan pihak polisi dan Lee Ho Tae yang harus melindungi orang yang dicintainya dari penangkapan polisi dan konsekuensi yang harus dihadapinya menjadi elemen plot yang sangat menarik untuk terus diikuti hingga akhir cerita.

Cerita film ini ringan namun tetap orisinil, seperti drama komedi film korea lainnya yang selalu berhasil menyelipkan lelucon yang pastinya selalu membuat tawa. Film ini bisa menjadi selingan yang cukup menghibur jika anda sedang melakukan movie marathon karena cukup menyegarkan.

Overall rating versi saya untuk film ini :
6,8/10

Kamis, 22 Mei 2014

The Raid 2 : Berandal [2014]


The Raid 2 : Berandal
2014
Director : Gareth Evans
Writers : Gareth Evans
Stars : Iko Uwais, Yayan Ruhiyan, Arifin Putra
Genres : Action, Crime, Thriller
Runtime : 150 min
IMDb Rating : 8,1/10

"It's Not Over Yet"

Film kedua ini masih bercerita tentang Rama (Iko Uwais) yang kali ini demi keselamatan keluarganya harus rela masuk kembali ke dunia kriminal dan terlibat sebuah operasi penyamaran untuk menjadi sahabat Uco (Arifin Putra), anak seorang bos mafia. Sayangnya Rama pun terjebak dalam penyamaran tersebut dan harus bertahan hingga mau tidak mau harus menghabisi seluruh musuh di hadapannya. Konon, cerita dari film kedua ini diambil dari 30 menit terakhir film The Raid pertama. Walaupun begitu, sayangnya saya masih kurang paham maksudnya.

Film ini juga dibintangi oleh begitu banyak aktor/aktris kawakan Indonesia, sebut aja Oka Antara, Tio Pakusadewo, Cok Simbara, Epy Kusnandar, Roy Marten, Marsha Timothy, dan Pong Hardjatmo. Selain menantikan adegan-adegan fighting beberapa pemain di film ini, saya menantikan akting dari salah satu pemainnya yaitu Arifin Putra. Di film ini, Arifin berperan sebagai sosok antagonis, peran yang menurut saya sangat melekat pada sosok Arifin selepas perannta dalam film Rumah Dara. Arifin memerankan Uco seorang anak bos mafia yang selalu dibayang-banyangi ketenaran ayahnya, lalu Uco haus akan kekuasaan yang pada akhirnya menghancurkan dirinya sendiri.

Arifin Putra sebagai Uco
Dalam film ini ada 2 karakter baru yang cukup menarik perhatian penonton yaitu duo maut Hammer Girl dan Baseball Bat Man, dua orang kakak-beradik yang menjadi pembunuh bayaran setelah mengalami masa lalu yang kelam. Hammer Girl (Julie Estelle) merupakan seorang pembunuh bayaran tunarungu yang punya senjata andalan berupa palu cakar (hammer). Konon, pada masa kecilnya Hammer Girl ini sering kali disiksa oleh ayahnya. Bersama dengan adiknya Baseball Bat Man, mereka meninggalkan keluarga mereka yang berantakan untuk mencari penghidupan yang lebih layak dan menjadi pembunuh bayaran. Sebetulnya cerita backgorund dari Hammer Girl dan Baseball Bat Man ini sangat menarik, sayang sama sekali tidak diangkat dan diselipkan di alur cerita.

Si cantik Hammer Girl
Sedangkan Baseball Bat Man (Very Tri Yulisman) punya senjata andalan berupa pukulan baseball. Sayangnya kedua karakter ini harus mati dengan senjata andalannya masing-masing. 

Baseball batman
Saya cukup menikmati 2,5 jam film ini, hanya saja yang membuat agak bingung pada film ini terlalu banyak karakter baru yang muncul dengan ritme alur cerita yang sangat cepat. Jadi jika penonton bengong sedikit maka akan kebingungan mengenai karakter yang muncul. Salah satunya karakter yang diperankan oleh Yayan Ruhiyan yang di film terdahulu memerankan tokoh villain yang tersohor, Mad Dog. Kali ini Yayan berperan sebagai karakter baru, yaitu Prakoso anak buah bos mafia. Prakoso ditampilkan sebagai kakek pembunuh dengan rambut gondrong yang acak-acakan. Penampilan yang sebetulnya sih tidak jauh beda dengan karakter Mad Dog, membuat saya sempat bingung dan berpikir bahwa mereka adalah orang yang sama. Padahal di film pertama Mad Dog sudah tewas.

Lalu untuk adegan “salju” memang sangat janggal, mengutip sang sutradara bahwa efek salju dibuat hanya untuk mendramatisir adegan, karena salju dipadukan dengan darah itu punya efek latar yang sangat cantik. Betul, memang jadinya adegan terlihat lebih dramatis dan menjadi sebuah scene fighting yang sangat cantik. Namun sayang jadi terlihat ketidakkonsistenan pada latar tempat. Apakah di Jakarta ada salju? Jika memang latar bukan di Jakarta seharusnya komponen-komponen yang terlihat begitu men-Jakarta dihilangkan, misalnya mobil-mobil palt B dan wall sign salah satu mall.

Selain punya koreografi fighting yang sangat luar biasa, film ini juga punya pengambilan gambar yang sangat baik. Pengambilan scene dengan sudut-sudut gambarnya sangat cantik. Untuk adegan-adegan kekerasan yang terlalu sadis sebetulnya cukup dapat dimaklumi karena memang film ini ditujukan buat orang dewasa. Di beberapa bioskop pun ada yang wajib menunjukkan KTP ketika membeli tiket.

Overall rating versi saya untuk film ini :
8,3 /10

Sabtu, 03 Mei 2014

Trip Dadakan (Part 2) - Mercusuar Cikoneng

Pagi di hari terakhir kami pun bangun lebih awal untuk bersiap pulang. Setelah sarapan mie (tetap dengan menu siap saji), kami pun bergegas pergi sebelum hari siang. Di jalan tidak jauh dari tempat kami menginap terlihat bangunan tinggi berupa mercusuar. Tidak direncanakan sebelumnya, kam pun tertarik dan mobil berbelok masuk ke kawasan Mercusuar Cikoneng.


Megahnya Cikoneng
Mercusuar Cikoneng terletak tepat di tepi Pantai Anyer. Setelah membayar uang Rp. 10.000 per orang kepada penjaga, kami pun masuk. Ruangan lantai satu berbentuk lingkaran dengan satu ruangan kecil yang terletak tepat di tengah bangunan. Sempat berbincang dengan penjaga mercusuar yang ternyata warga Tanjung Priuk Jakarta, kami sempat dijelaskan mengenai sejarah mercusuar ini.


Identitas Mercusuar Cikoneng
Bangunan setinggi 18 lantai ini merupakan titik nol dari Jalan Anyer-Panarukan yang termahsyur itu, konon merupakan jalan raya pertama di Pulau Jawa yang menghubungkan ujung Barat Pulau Jawa (Banten) dan ujung Timur Pulau Jawa (Panarukan). Sebetulnya di titik yang sama sudah ada mercusuar sebelumnya, sayangnya harus hancur saat letusan Gunung Anak Krakatau pada tahun 1883.


Hadiah dari Z. M Willem III
Mercusuar Cikoneng ini merupakan hadiah dari Raja Belanda Z.M Willem III untuk menggantikan menara suar yang terdahulu. Menara suar ini pastinya berfungsi sebagai pemandu navigasi kapal laut yang berlayar di sekitar pantai Jawa Barat. Nah, ruangan kecil yang terletak di tengah ini merupakan ruang tahanan untuk para pekerja jalan Anyer-Panarukan yang membelot. Ruangannya sempit dan gelap, hanya mendapat cahaya dari atap menara jika pintunya ditutup.


Ruangan di tengah mercusuar
Puncak mercusuar terlihat dari dalam ruang tahanan
Setelah menyiapkan tenaga, kami pun beranjak naik menggunakan tangga melingkar di sisi kiri menara. 18 lantai tampaknya cukup menguras tenaga kami, di tengah jalan kami sempat berpapasan dan menyapa beberapa wisatawan yang sudah selesai menikmati pemandangan di ujung menara. Di setiap lantai dan setiap tangga menara ini dilengkapi dengan jendela, jadi kami dapat melihat pemandangan dari dalam yang mana semakin tinggi semakin indah untuk dilihat. Kami jadi semakin penasaran seperti apa suasana di atas sana.


Di setiap lantai ada nomor yang menunjukkan lantai ke berapa
Bentuk menara semakin tinggi semakin mengerucut dan sempit jadi harus hati-hati, terlebih saat menaiki tangga yang pastinya umurnya sudah sangat tua. Tapi hebatnya Belanda, menara ini masih sangat kokoh terbuat dari besi baja yang sangat tebal. Akhirnya setelah tenaga mulai habis, kami pun sampai di ujung menara. Tapi sayang salah satu teman ada yang takut ketinggian dan memutuskan untuk turun. 


Laut..laut..laut
Dermaga di ujung pantai
Kami pun disajikan pemandangan yang sangat menakjubkan di ujung menara, sisi utara kami dihadapkan dengan bentangan laut nan luas, tampak terlihat dengan gagahnya berdiri Gunung Anak Krakatau yang sempat meluluh lantahkan daerah ini. Sedangkan disisi selatan ada gugusan perbukitan yang sangat indah. Luar biasa, Masya Allah. Ini adalah kali pertama saya naik ke mercusuar, walaupun awalnya agak takut karena sangat tinggi, tapi rasa takut dan capek pun terbayar sudah saat sampai di atas. Kami pun sempat membuat video singkat mengenai bagaimana suasana di atas menara untuk teman kami yang takut ketinggian, biar dia tahu bagaimana indahnya ada di atas, hehehe.


Jajaran perbukitan
Puas di atas kami pun bergegas turun karena hari mulai siang. Di bawah, teman kami sudah menunggu. Setelah istirahat sejenak dan mampir makan siang di salah satu restoran di perjalanan, kami pun pulang menuju Bogor untuk ke rumah masing-masing dan mempersiapkan diri untuk bekerja keesokan hari. 


Tinggi yak..

Anyer, perjalanan tak terduga yang sangat menyenangkan, ternyata Anyer merupakan destinasi yang sangat menyenangkan untuk liburan, terutama untuk keluarga dan bersama teman. Tidak begitu jauh dari Jakarta tetapi banyak tempat yang sangat menarik.

Foto : Dokumentasi Pribadi



Trip Dadakan (Part 1) - Pantai Anyer

Di tahun 2014 ini sebetulnya ada beberapa destinasi wisata yang ingin sekali saya kunjungi, hanya sayang beberapa harus ditunda karena ada beberapa trip mendadak yang tidak direncanakan sebelumnya. Long weekend bulan Maret lalu, saya sama sekali tidak merencanakan traveling karena sudah ada jadwal di awal April. Suatu siang di kala sedang bersantai, when doing nothing in weekend is awesome, tiba-tiba ada panggilan masuk ke handphone saya. Suara di seberang dengan semangat menyuruh saya segera packing karena 30 menit lagi akan dijemput untuk liburan bareng ke Pantai Anyer. Kemudian klik telepon ditutup.

Saya pun bengong, antara enggan tapi mau akhirnya packing tercepat dalam hidup saya pun selesai dilakukan, hanya 15 menit saja. Seingat saya sih saya belum pernah ke Anyer, sebetulnya tidak begitu antusias karena belum terbayang disana seperti apa. Bahkan browsing pun belum sempat saking mendadaknya. Tapi entahlah kaki dan tangan meng-iyakan untuk berangkat. Akhirnya 30 menit berikutnya saya pun sudah berada di dalam mobil, 3 orang teman lama saya ketawa cekikikan mellihat muka saya yang kebingungan karena tiba-tiba saja diculik. Akhirnya setelah menjemput 2 teman lainnya mobil kami pun meluncur. Ternyata salah satu teman kami sudah merencanakan liburan ini jauh-jauh hari, tetapi mendekati hari H beberapa teman membatalkan padahal penginapan sudah di-booking. Jadilah saya dan satu teman lain diajak mendadak untuk share cost. Ah, bodoh sekali kami mau saja, huh.


Teman-teman yang kurang piknik :\
Mobil pun meluncur dengan seisi penumpang yang bahagia, sepertinya teman-teman saya memang kurang piknik, heuheu. Beberapa kali kami sempat beristirahat di rest area untuk makan dan sholat. Malam ini dan beberapa hari ke depan kami akan menginap di apartemen Marbella, salah satu hotel dan apartemen di kawasan Anyer. Setelah mampir di minimarket untuk beli perbekalan selama 3 hari, kami pun sampai sekitar pukul 8 malam. Apartemen ini berlokasi tepat di pinggir pantai, jadi ketika kami datang gelap hari, suara debur ombak terdengar sangat kencang. Suasana apartemen sebetulnya sangat menyeramkan, gedung tua yang kurang begitu terawat, tapi yasudahlah mumpung murah meriah. Apalagi saya disini siap terima jadi karena tidak ikut merencanakan, hahaha.


View Apartemen Marbella dari taman tengah
View pool depan kamar, lumayaaan
Malam itu kami 3 orang perempuan, membongkar belanjaan untuk membuat makan malam. Ceritanya selama 3 hari ke depan akan masak terus biar hemat. Kebetulan kompor di dapur apartemen adalah kompor listrik yang untuk bikin jadi panas memerlukan waktu 1 jam, hahaha sudah rusak dan tua sepertinya. Setelah bersabar, akhirnya kami berhasil membuat nugget goreng, mie goreng, telor goreng dan cireng goreng. Ya, oke semuanya goreng, hahaha. Saat kami menyiapkan makan malam, ternyata salah satu teman kami pergi keluar dan membeli capcay, alhamdulillah makan malam kami terselamatkan, hahaha. Kami pun duduk melingkar di lantai menikmati makan malam, rasanya memang lebih nikmat kalau makan beramai-ramai ya.

Makan malam kami yang buruk rupa
Selesai makan dan setelah bersih-bersih mandi, kami pun jalan-jalan santai ke pantai. Pantai Anyer berpasir hitam dan di pinggirnya banyak sekali lapak tenda yang menjual macam-macam barang dagangan. Jagung dan ikan bakar begitu menggoda, sayang perut kami sudah penuh jadi kami hanya menikmati suara deburan ombak dan angin darat. Setelah kami kembali ke apartemen, kami lanjutkan dengan bermain kartu sampai pukul 2.

Keesokan paginya, saya dan teman perempuan bangun lebih awal untuk jalan pagi ke pantai. Pagi itu pantai masih sangat sepi, tampak beberapa pedagang sedang bersiap membuka lapaknya. Ada beberapa orang yang lari pagi, ada juga yang duduk untuk sekedar menikmati suasana pagi di tepi pantai. Sayang ombaknya masih terlalu tinggi untuk bermain air, kami pun kembali ke kamar. Setelah selesai makan pagi, yang mana menu kali ini adalah nasi goreng (okay, tetap digoreng), kami pun berganti baju basah. Saatnya main ombak di pantai!!!

Suasana pantai pagi itu, tampak seonggok banana boat yang udah siap buat dimainkan :D
Pukul 7 kami meluncur ke pantai yang ternyata sudah sangat ramai, ramai sekali hahaha maklum saja long weekend. Kebanyakan terlihat adalah keluarga yang sedang menghabiskan waktu liburnya untuk quality time. Pedagang-pedagang di lapak tenda pun sudah menjajakan dagangannya, mulai dari baju, kain pantai, minuman, makanan, buah sampai ikan. Sayang sekali efek negatifnya adalah pantai jadi kotor dan banyak sampah. Tapi so far, pantainya cukup menyenangkan, walaupun pasirnya hitam, airnya biru dan ombaknya cukup bersahabat untuk bermain. 

Silau!!
Setelah puas bermain ombak, kami kembali ke apartemen untuk menjajal kolam renang di depan kamar. Namun sayang padatnya orang membuat kami hanya bisa sekedar nyemplung di kolam. Akhirnya kami kembali lagi ke pantai, kali ini sepertinya bermain pasir akan menyenangkan. Kami pun bermain layaknya anak-anak, kekanakan? Yes! Terkadang kami memang butuh itu untuk melepaskan penat.

Korban sudah terkubur dengan biadab!
Hari beranjak siang dan matahari mulai terik, kami pun kembali ke kamar untuk bersih-bersih dan istirahat. Setelah masak lagi dan makan siang, saya memutuskan untuk merebahkan diri di kasur dan terlelap tidur. Pukul 4 saya terbangun dan diajak untuk melihat sunset. Apartemen Marbella ini lokasinya sangat bagus karena tepat di sunset spot terbaik mungkin di Anyer hehehe. Alhamdulillah sore itu cerah, sunset pun membulat dengan cantik di ufuk barat. Cantiknya Masya Allah.


Maklum saja, kurang piknik!
Ada salam dari senja
Setelah puas menikmati sunset kami beranjak ke tepi pantai untuk berbaur dengan ramainya wisatawan lainnya yang juga lagi asyik menikmati suasana menjelang malam. Kami pun mampir di salah satu lapak penjual minuman, kelapa muda tampaknya memang pilihan yang tepat sambil menikmati indahnya langit sore itu.

Langit sore itu
Hari mulai gelap dan pantai sudah mulai sepi, kami pun beranjak ke kamar untuk siap-siap keluar apartemen mencari makan malam. Kali itu tampaknya kami mulai bosan dengan makanan cepat saji dan memutuskan untuk mencari warung seafood di sekitaran Marbella. Keluar apartemen ternyata jalanan macet semacet macetnya. Setelah memutuskan untuk balik arah yang ternyata lebih lancar, kami pun sampai di salah satu restoran seafood yang cukup ramai pengunjung. Pengunjung ramai, makanannya pasti enak hehehe. Ternyata alhamdulillah memang enak, sayang saya lupa nama restorannya, pokoknya keluar dari apartemen ambil jalan ke kanan lurus aja sekitar 100 m. Setelah makan dengan luar binasa, tiba-tiba salah satu teman mengeluh maag-nya kambuh, Kebetulan teman yang satu ini memang baru sembuh dari sakit maag akut. Karena sangat khawatir akhirnya kami tancap gas untuk mencari apotik yang ternyata sulit sekali ditemukan dan kebetulan sudah malam sehingga banyak yang sudah tutup. Kami harus menempuh kurang lebih 1 jam ke arah kota Serang dan akhirnya menemukan apotik 24 jam, alhamdulillah. Malam itu kami pun beristirahat dengan nyenyak, isi tenaga untuk besok pagi untuk perjalanan pulang.

Foto : Dokumentasi Pribadi

Sabtu, 26 April 2014

Ke Malioboro? Jangan Hanya Berbelanja!

Cerita solo trip di Semarang masi berlanjut, di hari ketiga saya bangun pagi-pagi sekali untuk packing karena pagi ini sudah harus check out dari hotel. Perjalanan dilanjutkan menuju Kendal untuk menghadiri pernikahan kolega kantor. Beruntung saya diijinkan menggunakan mobil kantor dan driver karena memang aksesnya agak sulit jika harus menggunakan angkutan umum. Pukul 7.00 Pak Narwan sang driver sudah standby di depan hotel dan siap mengantarkan saya hingga malam nanti.

Walaupun agak mengantuk tetapi saya meniatkan untuk tidak tidur dan menemani Pak Narwan selama perjalanan. Mulai dari topik pekerjaan sampai keluarga, dari mulai pemilu dan politik sampai tentang Kota Semarang. Sekitar 1,5 jam setelah mencari alamat sampailah saya di lokasi acara. Alhamdulillah misi selesai dilaksanakan, teman saya terharu senang karena saya bisa juga sampai disana dan menghadiri pernikahannya, hehehe.

Selesai acara kami beranjak meluncur menuju Yogyakarta karena flght saya nanti malam dari Bandara Adisucipto pukul 20.30. Hmmm, sepertinya masih cukup waktu setengah hari untuk sekedar jalan-jalan singkat di Malioboro. Mobil pun meluncur menuju Yogyakarta via Secang dan Magelang. Saya cukup hafal bebeapa jalan di Secang dan Magelang karena melewati jalan rumah bukde, tapi sayang karena waktunya terbatas saya tidak mampir.

Malioboro sore itu
Pukul 4.00 sore sampailah kami di Malioboro, walaupun sebetulnya tidak berniat untuk berbelanja entah mengapa pilihan jatuh kesini. Saya pun melangkahkan kaki, anggap saja window shopping hehehe. Yogyakarta sore itu terik sekali, saya memilih untuk berjalan di area trotoar toko sambil melihat-lihat barang dagangan. Eksplor Jalan Malioboro sebetulnya sangat menyenangkan, jika berkunjung kesini jangan hanya berbelanja saja, karena di ujung jalan mendekati persimpangan lampu merah ada beberapa objek wisata yang bisa dikunjungi. Antara lain :

Monumen Batik
Mungkin rasanya banyak yang tidak tahu kalau di ujung jalan Malioboro terdapat sebuah monumen yaitu Monumen Batik. Lokasinya di trotoar sisi depan Gedung Agung tepat di perempatan lampu merah Kantor Pos, tepat di titik Nol kilometer kota Yogyakarta. Banyak orang tidak sadar mengenai keberadaan monumen ini dikarenakan kondisinya yang memprihatinkan. Ketika saya datang, kondisinya kotor, banyak sampah dan coretan, bahkan tercium bau pesing menyengat di beberapa tempat juga digunakan sebagai tempat pedagang kaki lima, maupun gelandangan. Di Monumen Batik yang menghiasi lampu-lampu jalan ini, terdapat 24 motif batik khas Yogya berikut dengan penjelasannya. Sebetulnya mirip dengan museum terbuka, penjelasannya pun cukup rinci dan bisa menambah pengetahuan kita mengenai warisan budaya Indonesia. Semoga jika saya kembali ke Yogya, kondisinya sudah lebih baik dan tidak memprihatinkan, aamiin.

Monumen Batik Yogyakarta
Gedung Agung (Istana Kepresidenan)
Dekat dengan Monumen Batik terdapat Gedung Agung atau Istana Kepresidenan. Seperti Istana kepresidenan lainnya, Gedung Agung digunakan sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden RI juga sebagai tempat menerima tamu atau menginap tamu-tamu negara. Sejak tahun 1991, istana ini digunakan sebagai tempat memperingati detik-detik proklamasi kemerdekaan untuk daerah DIY.

Gedung Agung
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949
Tepat di seberang jalan Gedung Agung, terdapat Monumen Serangan Umum 1 Maret. Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan TNI terhadap Belanda pada 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh LetKol Soeharto. Ketika itu Indonesia dianggap lumpuh oleh Belanda, untuk membuktikan bahwa Negara Indonesia masih ada maka dilakukanlah serangan besar-besaran yang sukses meningkatkan moril TNI dan mematahkan propaganda yang dilakukan oleh Belanda. Monumen ini tertutup untuk umum, sehingga hanya bisa dinikmati dari luar saja.

Monumen Serangan Umum 1 Maret
Benteng Vredeburg
Tepat di sebelah Monumen Serangan Umum 1 Maret terdapat Benteng Vredeburg, sayang ketika saya datang benteng ini sudah tutup jadi hanya bisa melihat saja dari luar. Benteng ini dibangun sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan Belanda pada masa penjajahan, dikelilingi oleh parit yang sebagian telah direkontruksi.

Pintu Gerbang Benteng Vredeburg
Pasar Beringharjo
Berjalanlah kembal ke arah Malioboro maka kita akan menemukan Pasar Beringharjo di sisi jalan yang sejajar dengan Benteng Vredeburg. Pasar Beringharjo merupakan salah satu pasar tertua di Yogyakarta dan telah beroperasi sejak tahun 1758. Produk yang dijual sudah semakin beragam mulai dari batik, makanan, souvenir, dan lain-lain. Mempunyai makna filosofis yang berarti hutan pohon beringin yang diharapkan memberikan kesejahteraan bagi warga Yogyakarta. Saya pun hanya mampir sebentar untuk membeli bakpia titipan Kakak kemudian melanjutkan ekplor Malioboro kembali.

Sore yang terik memang pas jika menyeruput minuman dingin, saya pun mampir di salah satu depot es dawet ayu. Sangat segar dengan gula merah alami tanpa pemanis buatan apalagi harganya sangat murah, hanya Rp. 3000 saja. Saya pun menikmati es dawet sambil menikmati suasana Yogyakarta di sore hari. Selesai melepas penat, saya mampir ke Masjid di samping kantor Walikota Yogyakarta untuk sholat Ashar dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. 

Di Masjid saya berjumpa dengan seorang ibu yang mengajak mengobrol, ternyata beliau ketika muda pernah tinggal di Bogor dekat dengan rumah saya. Kami pun sempat berbincang menggunakan Bahasa Sunda, padahal kami sedang di Kota Gudeg hehehe. Obrolan semakin lama, Ibu tersebut menawarkan bahwa beliau bisa melakukan rukhyah dan menawarkan pada saya yang saya tolak dengan halus karena kebetulan harus segera pergi, hehehe. Saya pun pamit dan pergi ke parkiran untuk menemui Pak Narwan yang sudah standby akan mengantarkan saya ke bandara untuk penerbangan ke kota lain.

Foto : Dokumentasi Pribadi