Pagi di hari terakhir kami pun bangun lebih awal untuk bersiap pulang. Setelah sarapan mie (tetap dengan menu siap saji), kami pun bergegas pergi sebelum hari siang. Di jalan tidak jauh dari tempat kami menginap terlihat bangunan tinggi berupa mercusuar. Tidak direncanakan sebelumnya, kam pun tertarik dan mobil berbelok masuk ke kawasan Mercusuar Cikoneng.
 |
Megahnya Cikoneng |
Mercusuar Cikoneng terletak tepat di tepi Pantai Anyer. Setelah membayar uang Rp. 10.000 per orang kepada penjaga, kami pun masuk. Ruangan lantai satu berbentuk lingkaran dengan satu ruangan kecil yang terletak
tepat di tengah bangunan. Sempat berbincang dengan penjaga mercusuar yang ternyata
warga Tanjung Priuk Jakarta, kami sempat dijelaskan mengenai sejarah mercusuar ini.
 |
Identitas Mercusuar Cikoneng |
Bangunan setinggi 18 lantai ini
merupakan titik nol dari Jalan Anyer-Panarukan yang termahsyur itu, konon
merupakan jalan raya pertama di Pulau Jawa yang menghubungkan ujung Barat Pulau
Jawa (Banten) dan ujung Timur Pulau Jawa (Panarukan). Sebetulnya di titik
yang sama sudah ada mercusuar sebelumnya, sayangnya harus hancur saat letusan Gunung
Anak Krakatau pada tahun 1883.
 |
Hadiah dari Z. M Willem III |
Mercusuar Cikoneng ini merupakan hadiah dari
Raja Belanda Z.M Willem III untuk menggantikan menara suar yang terdahulu.
Menara suar ini pastinya berfungsi sebagai pemandu navigasi kapal laut yang
berlayar di sekitar pantai Jawa Barat. Nah, ruangan kecil yang terletak di
tengah ini merupakan ruang tahanan untuk para pekerja jalan Anyer-Panarukan
yang membelot. Ruangannya sempit dan gelap, hanya mendapat cahaya dari atap
menara jika pintunya ditutup.
 |
Ruangan di tengah mercusuar |
 |
Puncak mercusuar terlihat dari dalam ruang tahanan |
Setelah menyiapkan tenaga, kami pun beranjak naik menggunakan tangga
melingkar di sisi kiri menara. 18 lantai tampaknya cukup menguras tenaga kami,
di tengah jalan kami sempat berpapasan dan menyapa beberapa wisatawan yang
sudah selesai menikmati pemandangan di ujung menara. Di setiap lantai dan
setiap tangga menara ini dilengkapi dengan jendela, jadi kami dapat melihat
pemandangan dari dalam yang mana semakin tinggi semakin indah untuk dilihat.
Kami jadi semakin penasaran seperti apa suasana di atas sana.
 |
Di setiap lantai ada nomor yang menunjukkan lantai ke berapa |
Bentuk menara semakin tinggi semakin mengerucut dan sempit jadi harus
hati-hati, terlebih saat menaiki tangga yang pastinya umurnya sudah sangat tua.
Tapi hebatnya Belanda, menara ini masih sangat kokoh terbuat dari besi baja
yang sangat tebal. Akhirnya setelah tenaga mulai habis, kami pun sampai di
ujung menara. Tapi sayang salah satu teman ada yang takut ketinggian dan
memutuskan untuk turun.
 |
Laut..laut..laut |
 |
Dermaga di ujung pantai |
Kami pun disajikan pemandangan yang sangat menakjubkan di ujung menara, sisi utara kami dihadapkan dengan bentangan laut nan luas, tampak terlihat dengan gagahnya berdiri Gunung Anak Krakatau yang sempat meluluh lantahkan daerah ini. Sedangkan disisi selatan ada gugusan perbukitan yang sangat indah. Luar biasa, Masya Allah. Ini adalah kali pertama saya naik ke mercusuar, walaupun awalnya agak takut karena sangat tinggi, tapi rasa takut dan capek pun terbayar sudah saat sampai di atas. Kami pun sempat membuat video singkat mengenai bagaimana suasana di atas menara untuk teman kami yang takut ketinggian, biar dia tahu bagaimana indahnya ada di atas, hehehe.
 |
Jajaran perbukitan |
Puas di atas kami pun bergegas turun karena hari mulai siang. Di bawah, teman kami sudah menunggu. Setelah istirahat sejenak dan mampir makan siang di salah satu restoran di perjalanan, kami pun pulang menuju Bogor untuk ke rumah masing-masing dan mempersiapkan diri untuk bekerja keesokan hari.
 |
Tinggi yak.. |
|
Anyer, perjalanan tak terduga yang sangat menyenangkan, ternyata Anyer merupakan destinasi yang sangat
menyenangkan untuk liburan, terutama untuk keluarga dan bersama teman. Tidak
begitu jauh dari Jakarta tetapi banyak tempat yang sangat menarik.
|
Foto : Dokumentasi Pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar