Minggu, 29 November 2015

Trip 3 Negara - We've Missed Our Flight!!

Pernahkah anda merasakan tertinggal pesawat? Bahkan pesawatnya belum lepas landas tetapi anda tidak diperbolehkan masuk ke gate? Alhamdulillah saya pernah, pertama kalinya dan untuk penerbangan internasional hahaha konyol ya.

The Gate is Closing Now
Melanjutkan cerita saya mengenai Sisterhood Journey Trip 3 Negara, di pagi hari di hari kedua di Kuala Lumpur, kami memang lebih santai (bodohnya hahaha) karena akan dijemput oleh driver taxi yang sebelumnya sudah berjanji datang pukul 10.00 untuk penerbangan kami pukul 12.10 menuju Singapura. Kami percaya dengan sang driver yang lebih paham kondisi jalanan Kuala Lumpur. Pagi itu bahkan kami menyempatkan berenang di kolam hotel dan sarapan sambil menunggu taxi datang. Pukul 10.00 tepat kami pun bergegas meluncur ke bandara KLIA.

Pukul 11.00 kami sampai di KLIA dan cukup mengejutkan konter imigrasi siang itu ramai sekali. Jika dihitung kami berada di urutan ke 10 dari antrian, kami pikir masih aman untuk flight pukul 12.10 walaupun sebetulnya agak mengkhawatirkan. Ternyata proses pengecekan di konter lambat sekali, padahal sistem pengecekan sudah dengan sistem scanning. Ah sepertinya kami tidak cukup beruntung siang itu.

Imigresen Counter
Pukul 11.40 giliran saya pun tiba, waktu yang mepet dan adrenalin yang terpacu membuat kami cukup panik. Tiba-tiba dua orang wanita Jepang menyerobot antrian kami, ya DUA ORANG. Emosi? Pastinya, tapi mau bagaimana lagi, saat saya terperangah mereka dengan cepatnya sudah berinteraksi dengan petugas, jika saya marah yang ada hanya memperlambat antrian.

Singkat cerita kami berhasil melalui konter imigrasi, kemudian harus mengantri lagi di konter pengecekan barang, berlari di lorong bandara kemudian turun satu lantai dan harus mengantri lagi untuk pengecekan barang kedua dan harus berlari lagi untuk menemukan Gate menuju pesawat kami. Ya Allah begini amat ya rasanya dikejar waktu. Ditambah ada insiden harus buka sepatu (pengecekan KLIA luar biasa ketat) dan tas ransel yang terselip (Ampuuuuun....)

Pukul 12.00  tepat sampailah kami di gate pesawat TR 2457 menuju Singapura. Kami cukup lega karena pesawat berloreng itu masih setia menunggu di balik pintu kaca. Sampai suatu moment kami diberhentikan oleh petugas dan tidak diijinkan masuk. Petugas yang tidak mengijinkan masuk berbicara dengan lantang dan nada tinggi. Kami yang awalnya pasrah jadi terpancing emosi dengan gaya berbicaranya yang "ngajak ribut banget". Kami berdua yang kebetulan berkecimpung dan bekerja di industri jasa sangat terkejut dengan cara berbicara petugas ketika menghadapi customer. Sempat sedikit beradu mulut akhirnya kami tetap kalah dan harus melepas TR 2457 terbang di balik kaca. Begini ya rasanya. Ternyata tidak hanya kami berdua yang telat, di belakang tampak dua rombongan keluarga baru datang. 

Sempat duduk sebentar untuk menenangkan diri, kami bergegas menuju konter Lost and Found untuk mengambil bagasi kami. Namun, perjuangannya tidak mudah karena kami harus keluar melalui pintu masuk dan masuk melalui pintu keluar dengan pengamanan petugas imigrasi yang berlapis-lapis. Wow! Hahahaha. Di setiap titik pertemuan dengan petugas kami harus melapor bahwa kami ketinggalan pesawat, kemudian menyerahkan passport kami sambil menanyakan dimanakan konter Lost and Found berada. Lelah, lapar karena belum makan siang dan adrenalin terus terpacu karena berkejaran dengan waktu.

Singkat cerita bagasi sudah ditangan, tiket dan bagasi sudah hangus. Mau tidak mau untuk melanjutkan perjalanan hingga ke HCMC kami harus mencari penerbangan lain pada sore itu juga ke Singapura. Kami menemukan jadwal flight yang memungkinkan adalah AIr Asia pukul 15.00 dan saat itu sudah jam 13.30. Cukup mepet tapi kami usahakan agar tidak terlalu malam sampai Singapura. Berlari-lari di selasar bandara KLIA menjadi kegiatan kami siang itu, hahahaha.

Kami harus mulai dari awal lagi, antri konter imigrasi, pengecekan berlapis dan taraaaaa akhirnya sampailah kami di gate. Kami berdua duduk terdiam, tidak ada satu kata terucap, lelah, marah, lapar jadi satu. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Rasanya kami masih belum tenang kalau belum masuk pesawat. Alhamdulillah perjalanan dengan flight pengganti lancar sore itu, saya mendapat bangku di samping jendela dan pemandangan indah sisi pantai Malaysia dari atas jendela pesawat mengobati kekesalan kami sore itu. Singapura, kami datang!

Cukup terobati dengan pemandangan macam ini
Pesan moral :
  • Jangan mentah-mentah percaya dengan driver taxi mengenai estimasi waktu perjalanan
  • Sediakan waktu lebih banyak untuk perjalanan menuju bandara, terutama untuk penerbangan internasional yang pemeriksaannya berlapis
  • Ingat "Two Hours Rule" - Dua jam sebelum jadwal flight sudah harus berada di bandara, kami mengabaikan ini dan kami kapok
  • Tetap semangat apapun yang terjadi karena liburan harus tetap berjalan, hehehe, cheers!
  • Pengalaman mengajarkan banyak hal

Foto :
Dokumentasi pribadi
http://www.fareboom.com/News/Details/1002622/-ive-missed-my-flight-heres-what-to-do

"Hatimu"


Kamu: Hhmmm... Aku baru bangun dan mimpi random...
Aku: Makanlah dahulu. Nanti, kalau sudah makannya, ceritalah! Aku mau dengar cerita mimpinya
Kamu: Udah lupa mimpi apaan
Aku: Kalau aku siapanya kamu, masih ingat?
Kamu: *mikir*
Aku: *terdiam sesaat* Bagaimana tentang kamu? Kalau kamu siapanya aku, masih inget?
Kamu: Wait, kayaknya muka kamu familiar
Aku: *menunggu dengan sabar di ruang tunggu hatimu*
Kamu: *tampak memandangi*
Aku: Bagaimana, apa sudah giliranku?
Kamu: Wait, belum saatnya, di dalam situ masih berantakan.
Aku: Boleh aku bantu merapikan?
Kamu: Jangan dulu, aku belum terbiasa dibantu merapikannya.
Aku: Bagaimana kalau sisi yang kosong aku hias? Sedikit warna baru, mungkin?
Kamu: Bersabarlah, would you? Nama kamu berada di daftar paling atas untuk masuk ke sana, tentu saja setelah aku selesai merapikannya. Akan memakan waktu sebentar saja. Sepertinya.
Aku: Pasti aku sabar! Lama pun tak apa. Aku di sini saja ya? Boleh, kan, kalau aku menunggu di sini?
Kamu: Tentu saja boleh. Tapi kalau kamu lelah dan bosan menunggu, kamu diperbolehkan untuk pergi. Karena, seperti yg kamu liat, di dalam situ berantakan sekali.
Aku: Kamu baru mengijinkan aku mengintip. Itu pun hanya sesaat. Aku ingin masuk ke sana. Menunggu lama? Tak masalah. Selama kamu mau bicara dan sesekali bercanda denganku, tentu aku tetap betah. Asal jangan mengusirku pergi, nanti aku sedih.
Kamu: Hhmmm, biasanya ketika merapikan yang di dalam sana, aku tidak terlalu suka bicara banyak, atau bercanda. Masih akan tetap betah?
Aku: Ah, kalau begitu buka sedikit jendela hatimu, biar aku duduk di sini sambil memandangi kamu yang sedang sibuk di dalam sana. Bolehkah?
Kamu: Entahlah, aku suka kikuk jika dipandangi, terlebih oleh kamu.
Aku: Aku akan menggunakan kacamata hitam. Bagaimana?
Kamu: Ah, jangan. Aku akan tertawa.
Aku: Baiklah kalau begitu. Tertawalah! Ada orgasme tersendiri untukku, kalau kamu tertawa karena aku.
*berlanjut di lain waktu...* *ditulis dalam rindu yang menghitung mundur waktu tuk bertemu...*

Repost from :
http://spidertazmo.tumblr.com/post/133393458117/02-hatimu

Foto :
Dokumentasi Pribadi

Curug Cibeureum : Dinginnya Rindu & Flu Berat

Ketika rasa penat muncul dan tak lama kemudian datang ajakan untuk berpetualang, itu namanya rejeki dan jangan ditolak hehehe. Flu berat yang sedang melanda badan pun tidak mengurungkan niat saya untuk menjelajah Curug Cibeureum di Kawasan Wisata Cibodas, kaki Gunung Gede - Pangrango. Ini adalah kali kedua saya datang kesini, namun yang pertama tidak telalu puas karena sangat singkat dan sudah terlalu sore.

Hey, saya datang lagi!
Selamat datang dan selamat berpetualang!
Pagi itu alhamdulillah cuaca sangat cerah, kami berangkat beriringan 5 motor menuju kawasan Cibodas dengan teman lama dan teman baru. Sudah lama tidak melakukan perjalanan jauh menggunakan motor, rasanya cukup lelah ditambah badan yang memang kurang fit. Sampailah kami dan dimulailah perjalanan menaiki tangga selama kurang lebih 1 jam. Aturlah nafas dengan baik dan jangan lupa untuk membawa perbekalan yang cukup. Jika lelah tidak usah dipaksakan, beristirahatlah karena tidak akan lari curug dikejar, hehehe.

Beristirahat di rimbunnya pepohonan

Bisa menyatu dengan alam, mencium wangi rumput dan dedaunan, rimbunnya pepohonan, suara burung dan gemericik air aaaah rasanya penat yang menggumpal di kepala dan flu berat yang melanda hilang seketika. Namun, di penghujung musim kemarau ini tampak sekali banyak pepohonan yang kering kerontang, pantas saja banyak sekali terjadi kebakaran hutan, sekali sulut saja api bisa merambat dengan sangat cepat karena terlalu kering.

Salah satu objek yang saya nantikan ketika trekking di kawasan ini adalah Telaga Biru, terakhir kali ke tempat ini si mistis nan cantik menyembulkan warna biru yang sangat cantik karena ganggang birunya sedang aktif, sayang sekali saat itu handphone masih belum memiliki kamera jadi tidak diabadikan. Semoga saya beruntung kali ini. 

Trek sudah mulai melandai dan semak belukar sudah tampak lembab, suara gemericik pun mulai terdengar tandanya sudah dekat dengan Telaga Biru. Tak lama sampailah kami di Telaga, saat itu tampaknya yang sedang aktif adalah ganggang hijau. Saya menyempatkan diri mampir untuk melihat telaga dari dekat. Tetap terasa mistis seperti terakhir kali saya datang, mungkin karena hawanya yang terlalu lembab. Tak berlama-lama saya pun melanjutkan perjalanan.

Telaga Biru yang sedang menghijau

Objek yang menarik (dan konon masih mistis) berikutnya adalah rangkaian jembatan hijau sepanjang Rawa Gayonggong. Rawa Gayonggong merupakan kawasan rawa berair yang merupakan daerah perlintasan harimau, sengaja dibangun jembatan untuk memudahkan para pendaki dan wisatawan untuk melintas. Sepanjang jembatan pun sangat menarik dijadikan lokasi foto, bentuk jembatan yang cantik, rimbunnya pepohonan yang mengelilingi, padang ilalang dan pemandangan Gunung Pangrango yang indahnya tidak tergambarkan dengan kata-kata.

Berfoto manis di jembatan Rawa Gayonggong

Padang ilalang di Rawa Gayonggong
Gunung Pangrango dari kejauhan

Tak lama sampailah kami di kawasan Curug Cibeureum, siang itu tampak sangat ramai oleh pengunjung, kami sampai tidak mendapatkan tempat untuk sekedar duduk. Kawasan Curug Cibeureum tediri dari 3 buah curug yaitu curug utama Curug Cibeureum, Curug Cikundul dan Curug Cidendeng. Disebut Cibereum karena dikelilingi oleh tebing yang konon banyak sekali terdapat alga berwarna merah, tapi tampaknya saat ini sudah tidak begitu terlihat warna merahnya.

Curug Cibeureum
Curug Cikundul
Curug Cibereum dan Curug Cikundul terletak bersebelahan, namun Curug Cidendeng letaknya sedikit tersembunyi, bahkan pada kali pertama saya datang saya tidak sadar kalau ada curug ketiga hehehe. Berjalanlah sedikit melawati Curug Cikundul kemudian siap-siap basah hingga betis karena harus menyelupkan kaki di semacam kolam. Di antara rimbunnya semak dan tingginya tebing anda akan menemukan Curug Cidendengl yang debit airnya sangat deras.

Curug Cidendeng
Ketika saya menyelupkan kaki di kolam dekat Curug Cidendeng, inilah pertama kalinya saya merasakan air yang sangat dingin sampai-sampai syaraf di telapak kaki saya mengkerut. Rasanya bukan dingin, bukan juga ngilu, tapi sakit seperti ditusuk-tusuk. Entah memang airnya yang saat itu sedang dingin atau karena kaki kami sudah telalu panas berjalan selama 1 jam kemudian terkena air dingin secara tiba-tiba. Entahlah yang jelas tidak hanya saya yang merasakan, orang lain pun begitu. Bahkan ada yang tidak berani sama sekali untuk mencelupkan kaki ke air dan memilih untuk berdiri di ujung jalan. Luar biasa. Seketika flu saya kembali muncul, hidung saya mampet, sepertinya saya kedinginan. Tidak kuat berlama-lama, kami segera melipir untuk mencari tempat duduk.

Kami pun membuka perbekalan, kebetulan salah satu sahabat kami memasak dan menyiapkan makan siang. Aaah, senangnya. Piknik di alam terbuka dengan sahabat dan makanan yang nikmat, alhamdulillah. Menu siang itu adalah nasi panggang, spageti dan kopi hangat. Yummy.

Travel buddies yang "menculik" saya hari itu
Hari mulai sore dan flu semakin berat seiring dengan rasa rindu yang muncul. Perjalanan turun saya habiskan dengan mendengarkan lagu menggunakan earphone, playlist lagu-lagu Ed Sheeran pun melantun seirng langkah kaki menuruni tangga, ah sisi melankolis saya muncul lagi! Kemana kau hei sangunis?

Citylight View dari Bukit Paralayang Puncak
Sebelum pulang kami menyempatkan mampir ke bukit paralayang puncak, kata teman pemandangan cityiight nya cantik. Walaupun hidung, kepala dan rindu semakin berat saya ikut saja "diculik" ke bukit paralayang. Malam itu bukit cukup ramai dan betul pemandangannya sangat cantik, terlihat kawasan puncak dari ketinggian dengan lampu berkelip. Sekoteng panas, kopi hangat, jaket hijau hadiah ulang tahun dan sahabat-sahabat menghangatkan saya malam itu dari dinginnya udara, rasa rindu dan flu berat.
Terima kasih.


Foto : Dokumentasi pribadi dan milik beberapa teman perjalanan

Sabtu, 28 November 2015

Gunung Lembu : Escaping to Little Heaven

Melihat pemandangan dari atas ketinggian memang rasanya luar biasa dan sejujurnya saya ketagihan. Entahlah sepertinya sepanjang tahun 2015, kaki ini alhamdulillah cukup kuat untuk melangkah ke tempat-tempat yang lebih tinggi. Gunung Lembu pun menjadi destinasi berikutnya melanjutkan "perjalanan melarikan diri" di penghujung musim kemarau. Berlokasi di Kampung Panunggal, Desa Panyindangan Kecamatan Sukatani, Purwakarta Jawa Barat, Gunung Lembu sangat cocok untuk pendaki pemula. Berketinggian 780 mdpl dan memakan waktu sekitar 2-3 jam untuk sampai di puncaknya untuk melihat pemandangan Waduk Jatiluhur secara 180 derajat.

Waduk Jatiluhur dan Gunung Bongkok
Jika ingin melakukan one day trip saran saya berangkatlah lebih pagi agar udara masih sejuk dan cuaca lebih cerah sehingga pemandangan lebih jelas terlihat. Hari itu sepertinya kami cukup kesiangan karena baru memulai pendakian sekitar pukul 11 siang. Aaah panasnya. Tapi hal itu tidak menyurutkan semangat kami yang penasaran seperti apa rasanya berada di atas. Di pos pendaftaran kami melakukan registrasi dan memberikan uang sukarela kepada penjaga pos.

Tanjakan yang menguras tenaga lahir batin
Setelah melewati gapura kami dihadapkan pada persimpangan jalan, menurut Bapak penjaga pos sebaiknya kami mengambil jalur kanan karena trek lebih landai. Tapi karena terlalu bersemangat kami malah melangkahkan kaki ke jalur kiri, hahaha sepertinya jiwa (sok) muda kami sangat menggebu-gebu. Sebetulnya tidak begitu tinggi, hanya 780 mdpl, tapi jangan pernah menyepelekan gunung. Gunung Lembu memiliki trek yang luar biasa menguras tenaga lahir dan batin di 1 jam pendakian pertama karena trek yang dilalui memiliki kemiringan hingga 45 derajat, sangat curam. Persiapan fisik sebelumnya memang diperlukan agar lebih terbiasa, perbekalan terutama air mineral pun harus siap sedia dan yang paling penting adalah mental karena tanjakan yang harus dilalui memang cukup membuat nyali ciut. Pemanasan juga sangat penting agar otot kaki tidak keram. Sayangnya kami lupa pemanasan walau alhamdulillah tidak ada yang cidera.

Warung di pos 1, bisa jajan dulu :p
Setelah melewati curamnya tanjakan yang dikelilingi oleh hutan bambu, kami menemukan tanah datar yang tampaknya merupakan pos istirahat pertama. Tampak juga beberapa warung yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Istirahat sebentar kami melanjutkan perjalanan. Trek masih didominasi oleh tanjakan curam namun semakin lama semakin landai dan mulai mendatar, hahaha bonus perjalanan bagi kami yang mulai kelelahan. Trek mulai melandai dan di sela-sela pepohonan sudah mulai terlihat Waduk Jatiluhur yang tersohor. Sayangnya karena hari sudah sangat siang, pemandangan menjadi kurang clear dan tampak berkabut. Trek berikutnya kami harus melewati bebatuan, disini harus berhati-hati karena di sisi kiri dan kanan adalah jurang yang menganga lebar. Jika sudah melewati 2 makam petilasan Ki Surya Kencana tandanya sudah sangat dekat dengan puncak batu pandang.

Salah satu trek yang luar biasa
Akhirnya sampai juga kami di puncak batu pandang dan sejauh mata memandang terhamparlah dengan luasnya keindahan Waduk Jatiluhur. Dari kejauhan tampak pula gunung-gunung yang mengelilngi waduk, sebut saja Gunung Parang dan Gunung Bongkok. 

Move on, move out and let go!
Terbayang keindahan saat malam hari ketika lampu-lampu keramba dinyalakan. Juga pastinya sunrise di pagi hari, aaaah lain kali saya harus datang untuk menikmati dua moment tersebut. 
Siluet Gunung Parang di kejauhan
Hujan rintik-rintik pun turun mengakhiri petualangan kami hari itu, kami harus bergegas turun sebelum gelap dan pulang ke kota tercinta.

Travel buddies!
Terima kasih untuk rencana yang terlaksana
Terima kasih untuk dua hari (melarikan diri) yang sangat menyenangkan
Terima kasih untuk perjalanan yang penuh gelak tawa membahana
Terima kasih untuk gurauan dan kegilaannya
Terima kasih untuk rumah yang nyaman, makanan yang enak dan kasur yang empuk
Terima kasih sudah menyelamatkan saya di penghujung musim ini

Sampai ketemu di petualangan selanjutnya!

Once again, travel heals..indeed..

Foto : Dokumentasi pribadi dan milik beberapa teman perjalanan

Sabtu, 14 November 2015

Subang di Penghujung Musim

Semesta mendukung dan saling berkonspirasi karena Allah mengijinkan..
Pernahkah kamu merasa seperti itu?

Hmm, tulisan kali ini tampaknya sedikit melankolis, mungkin karena efek hujan yang mulai membasahi Kota Bogor beberapa hari ini. Mengakhiri musim kemarau yang sudah terlalu panjang. Allahumma sayyiban nafian.

Perjalanan kali ini sudah ada di benak saya jauh-jauh hari. Bukan mengenai destinasi, bukan juga mengenai teman perjalanan, tetapi mengenai bagaimana saya harus meninggalkan kota ini sejenak untuk introspeksi diri dan menghirup udara di kota yang belum pernah saya kunjungi sambil merajut harapan-harapan baru. Menghindar? Silakan saja kamu berpendapat.

Rencana sudah saya pikirkan, hanya saja diperlukan dukungan dari berbagai pihak agar bisa terlaksana, dan pada hari itu Allah mengijinkan saya untuk melakukan perjalanan. Ya, sebuah perjalanan untuk melepaskan. Perjalanan untuk mengambil hikmah. Perjalanan untuk menanti petualangan baru. Subang - Purwakarta bersama travel buddies terbaik tentunya akan menjadi akhir minggu yang sangat menyenangkan. Semesta pun mendukung dan saling berkonspirasi.

Pukul 04.00 saya terbangun, entah karena terlalu antusias atau khawatir. Iseng pun saya membangunkan beberapa teman untuk bergegas mandi dan bersiap. Terminal Baranang Siang Bogor menjadi meeting point kami, setelah sarapan bubur dan berbincang hangat kami meluncur ke Pasar Rebo untuk melanjutkan perjalanan menggunakan bis selanjutnya. Sekitar 4 jam perjalanan saya habiskan dengan tidur, entahlah tidak terlalu bersemangat untuk sekedar berbincang atau bercanda kali itu. Earphone yang menempel di telinga dan lagu-lagu di playlist pun menemani saya di perjalanan.

Sampai di Subang, kami dijemput oleh salah satu teman yang sudah standby dan siap menjadi host kali ini. Subang siang itu sangat terik dan panas, tak terbayang sebelumnya ternyata panasnya cukup menggelisahkan, hehehe. Sambil menunggu panas terik turun dan menunggu beberapa teman menyelesaikan urusannya, kami beristirahat di rumah sambil menonton beberapa film.

Hari mulai senja, kami berangkat menggunakan angkot yang sudah di-carter menuju daerah yang lebih sejuk. Anggap saja untuk menghilangkan hawa panas seharian ini dan mendinginkan kepala. Kami meluncur menuju perkebunan teh di Ciater dan dilanjutkan dengan berendam air panas di Sariater.

Meet the travel buddies is always a fun thing to do
Setelah melepaskan penat di hangatnya air belerang, perjalanan dilanjutkan dengan makan malam di Pondok Ikan Bakar A' Badru, ikan etong yang sering kami bicarakan pun menjadi menu andalan dan tersaji di depan kami.

Terima kasih (walaupun tidak sengaja dan tidak saya minta) sudah bersedia menemani saya hari itu.

Selamat beristirahat, besok kita lanjutkan petualangan kita ya!

Foto : Dokumentasi Pribadi