Minggu, 30 Juni 2013

Menuju Krakatau (Part 3) - Hiking to Krakatau

Tulisan ini merupakan lanjutan perjalanan saya di Krakatau pada hari ketiga. Pukul 3 dini hari kami sudah harus bangun dan bergegas untuk perjalanan melihat sunrise di Gunung Anak Krakatau. Hari itu masih sangat gelap dan angin pun berhembus kencang, dengan nyawa yang masih berterbangan kami pun masuk kapal nelayan. Ditunggu tak kunjung meluncur, ternyata ada trouble di kapal yang mengharuskan kami menunggu sekitar satu jam lamanya di dalam kapal. Saya pun tertidur di dek bawah kapal.

Akhirnya kapal pun meluncur, perjalanan yang kami lalui menghabiskan waktu sekitar 2 jam, lumayan jauh. Saya memanfaatkan perjalanan dengan tidur untuk mengisi energi sebelum hiking. Hari mulai terang, sayang kami tidak sempat untuk mengejar sunrise di puncak. Saya pun terbangun dan beranjak ke dek atas kapal dan hey, selamat pagi. Sunrise nan cantik sudah menyapa pagi itu.
Hello Sunshine!!
Kapal pun menepi disambut oleh pasir pantai vulkanik berwarna hitam legam. Sampailah kami di Cagar Alam Krakatau disambut oleh petugas yang siap untuk mem-briefing kami. Kami dijelaskan mengenai sejarah Cagar Alam Krakatau, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada disini. Sebelum trekking saya menyempatkan diri ke toilet yang ala kadarnya dengan bilik berupa karung putih dan air bersih yang tidak tersedia. Maka mau tidak mau, air mineral pun jadi terbuang di toilet.
Selamat datang di Cagar Alam Krakatau
Pendakian pun dimulai melalui jalur yang diapit oleh semak belukar. Disarankan untuk memakai sepatu dan sendal gunung karena pasir vulkanik bertekstur kasar sehingga cukup pedih jika mengenai kulit. Titik awal pendakian sampai puncak tidak terlalu jauh, hanya sekitar 45 menit bisa dilalui dengan jalur yang didominasi oleh pohon pinus. Tidak perlu khawatir tersasar karena banyak petunjuk arah jalan untuk sampai puncak. Semakin naik pohon-pohon semakin jarang dan jalanan semakin curam. Titik awal pendakian curam merupakan sebuah bukit pasir vulkanik hitam, cukup sulit ternyata sampai di atas karena trek yang dilalui terlalu gembur jadi kurang mantap dipijak. Siapkan energi dan air mineral agar bisa sampai puncak karena cukup menguras keringat. Bagi yang memiliki riwayat penyakit jantung dan asma tidak disarankan untuk naik karena medan yang cukup curam.
Jalur menuju puncak
Akhirnya setelah perjuangan panjang mendaki gemburnya pasir vulkanik hitam, sampailah saya di puncak Gunung Anak Krakatau. Nafas pun berderu, tanpa bisa berkata-kata saya terkagum oleh pemandangan yang terhampar di hadapan saya. Di belakang saya tampak Puncak Krakatau yang masih mengepul asap tebal sedangkan di depan saya terhampar cakrawala dan pulau-pulau cantik yang menghiasinya seperti Pulau Rakata dan Pulau Panjang. Ah, sayang sekali kami terlambat untuk menyaksikan sunrise, terbayang betapa indahnya sunrise di tempat ini. Subhanallah.

Berlatar Gunung Krakatau, sang ibunda
Puas menikmati pemandangan di atas, kami pun bergegas turun karena perut sudah meraung-raung dan masih ada petualangan lainnya menunggu kami. Matahari kala itu terik sekali dan ternyata turun lebih sulit karena selalu ada perasaan akan terjatuh, hehe. Sampai di bawah kami pun menikmati sarapan pagi berupa nasi uduk yang nikmatnya luar biasa, maklum kami lapar berat hehe. Sambil menikmati sarapan, kami kedatangan tamu berupa seekor biawak berukuran besar, nampaknya ia tidak canggung dengan keberadaan manusia di sekitarnya. Ia tampak berjalan ke arah tumpukan sampah, sepertinya lapar.

Biawak yang lapar
Selesai sarapan dan istirahat kami bersiap untuk petualangan ke destinasi berikutnya yaitu snorkling di Lagoan Cabe. Lagoan Cabe merupakan salah satu snorkling spot di pinggir Krakatau yang memiliki keindahan bawah laut yang luar biasa. Saya memang belum banyak pengalaman snorkling, tapi sejauh ini spot inilah yang paling indah. Hati-hati juga karena disitu terdapat palung laut yang sangat dalam, saya pun kaget saat berenang agak jauh dan menemukan laut hitam tanpa dasar. Ikan-ikannya banyak berwarna warni dengan karang yang tentunya tidak kalah cantiknya. Satu hal, jangan pernah berdiri di atas karang ya. Mohon dijaga kelestariannya, jangan karena hanya ingin mendapatkan foto bagus tapi tidak menjaga alam.
Snorkling di Lagoan Cabe
Lagoan Cabe merupakan destinasi terakhir kami, hari pun beranjak sore dan kami harus bergegas ke homestay untuk bersiap pulang. Saat kami merapat di Pulau Sebesi sore itu tampak keramaian di dermaga, sepertinya penduduk baru saja selesai berbelanja ke kota.

Keramaian dermaga Pulau Sebesi sore itu
Perjalanan Sebuku - Dermaga Canti yang cukup jauh saya manfaatkan kembali dengan tidur. Perjalanan darat menuju Bakauheni macet berat sore itu, alhasil kami sampai di pelabuhan sudah larut malam, tapi beruntung kami mendapatkan fery dengan dek tidur, lumayan untuk beristirahat dan rebahan di perjalanan menuju Merak.
Fery dengan dek tidur, bisa selonjoran :D
Beberapa jam kemudian kami sampai di Merak dan berakhirlah perjalanan kami. Ternyata sudah masuk hari Senin dini hari. Perjalanan saya pun masih jauh menuju Bogor dan harus bergegas untuk kembali bekerja di Sunter. Capek tetapi terbayar lunas dengan keindahan alam dan pengalaman yang luar biasa.
"And in the end it’s not about the destination, it’s about the journey. I enjoy in every single part of it and it makes me so alive."
Cheers!!

Menuju Krakatau (Part 2) - Islands Hopping

Melanjutkan postingan blog ini mengenai perjalanan saya menuju Krakatau. Sekitar pukul 1 dini hari kami mendarat di Pelabuhan Merak dan segera mencari rombongan trip. Di antara rombongan trip sekitar 50 orang, saya berjumpa dengan salah satu travelmate saya yang lain. Kami sudah beberapa kali traveling bareng dan ini adalah kali ketiga kami melakukan perjalanan bersama. Selanjutnya trip leader melakukan briefing kepada para peserta dan setelah berdoa kami pun berangkat naik fery menuju Pelabuhan Bakauheni. Alhamdulillah liburannya jadi, hehehe :)

Saya dan beberapa teman memilih untuk tidur di dek AC dengan tambahan biaya sebesar Rp. 8000, alasannya agar lebih nyaman dan tubuh fit untuk mengisi energi selama dua hari ke depan. Tidak berapa lama kami pun tertidur dengan nyenyak, sepertinya kami kelelahan berjuang melawan macetnya Jakarta malam itu. Pukul setengah 4, AC terasa semakin dingin dan saya pun terbangun bergegas ke toilet. Tak beruntung, toilet yang saya buka pertama kali ada (maaf) sisa kotoran yang tidak disiram. Sunguh kelakukan yang keterlaluan, padahal air masih melimpah begitu sulitnyakah hanya sekedar menyiram miliknya sendiri. Selesai dari toilet saya mampir keluar keliling kapal, di dek atas angin bertiup sangat kencang dan dari kejauhan sudah tampak citylights berkedip cantik. Sekitar pukul 5 pagi kapal pun merapat, selamat datang kembali di daratan Lampung.

Selepas merapat rombongan istirahat sejenak untuk sholat subuh sebelum melanjutkan perjalanan darat ke Dermaga Canti. Perjalanan ke Dermaga Canti sedikit gerimis, kami meluncur menggunakan angkot yang sudah dicarter, karena masih mengantuk dan cukup lelah kami pun tertidur. Sekitar satu setengah jam melalui jalan berkelok dan naik turun, kami pun sampai di Dermaga Canti.

Selamat datang di Dermaga Canti
Saya pun bergegas berganti baju basah karena agenda trip akan dimulai dengan snorkling dan islands hopping. Sebelum memulai petualangan, kami semua mengisi perut terlebih dahulu agar tidak masuk angin dan energi lebih banyak. Di pinggir Dermaga Canti ada sebuah warung nasi, sediakan saja uang lebih banyak karena makanan disini cukup mahal, maklum saja tidak ada lagi warung nasi yang lain. 
Perut sudah terisi dan siap berpetualang

Kami pun berangkat menggunakan kapal kecil, tujuan pertama kami adalah keliling pulau dan snorkling. Sekitar satu jam, sampailah kami di Pulau Sebuku Kecil, pulau kecil yang sangat indah dengan pasir putih yang didominasi oleh pecahan karang dan kerang dengan air biru nan jernih. Disini disarankan tidak melepas alas kaki karena pecahan karang dan kerangnya cukup tajam, terlebih ada cukup banyak bulu babi berserakan. Rasanya luar biasa sekali berada disana, indah. Disini kami habiskan dengan main air saja, sebagai pemanasan dan jangan lupa juga untuk berfoto ya.

Foto dulu di Sebuku kecil, makin ramai makin seru!!
Tujuan selanjutnya adalah Pulau Sebuku Besar yang tidak begitu jauh, hanya sekitar 5 menit perjalanan dari Sebuku Kecil. Disinilah snorkling spot kami yang pertama, tidak perlu diragukan lagi keindahan di dalamnya. Sayang saya masih belum pandai berenang jadi belum berani untuk ambil foto bawah air, hehehe. Puas di Sebuku Besar, kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Umang-umang, awalnya saya pikir pulau yang dimaksud adalah Pulau Umang yang ada di Banten, ternyata bukan, hehehe. Pulau ini kecil, bisa menjadi snorkling spot maupun area islands hopping. Sudah cukup lelah kami pun hanya menjelajah pulau dan main pasir. Kebetulan di sisi kanan pulau terdapat spot yang menarik, airnya biru jernih dengan pasir putih yang sangat tebal dan bibir pantainya pendek. Cobalah rebahkan badan di pasir di bawah pohon rindang, pejamkan mata dan dengarkan debur ombak, syahdu.

Puas bermain, hari mulai siang dan perut mulai lapar kami pun meluncur ke Pulau Sebesi yaitu pulau yang akan menjadi homestay kami. Kami pun beristirahat, makan siang dan mandi. Rasanya kali itu saya makan banyak sekali sepertinya energi terkuras habis karena snorkling dan islands hopping, hehehe. Acara bebas sampai sore, saya manfaatkan untuk bercengkrama dengan teman-teman baru sambil menikmati pantai di depan homestay. Homestay yang saya dapatkan kali ini, kamar mandinya kurang bersih, seperti kurang terawat, sayang sekali padahal jika bisa dirawat lebih baik pasti lebih nyaman. Homestay ini menghadap ke arah pantai langsung dengan rerumputan hijau di depannya disusul dengan pasir kecokelatan. Tampak beberapa perahu kecil ditambatkan di pinggiran pantai. Lucunya, banyak sekali anjing dan kambing berkeliaran disana, jadi harus hati-hati jangan sampai menginjak kotorannya hehehe. Di Pulau Sebesi ini sulit air dan listrik masih menggunakan genset. Kami baru bisa menyalakan keran air dan mengisi baterai handphone ketika sudah malam. Tidak terasa saya pun tertidur di kasur sore itu, mungkin lelah.
Pemandangan di depan homestay

Pukul 4 sore saya dibangunkan untuk diajak melihat sunset di ujung pantai, dengan nyawa yang masih berceceran saya pun beranjak. Kami naik mobil pick up ramai-ramai menuju ujung pantai sambil melihat-lihat kondisi desa. Desa di Pulau Sebesi ini masih sepi dan sangat sederhana, damai, jauh dari hiruk pikuk kota. Sekitar 30 menit perjalanan kami pun sampai di ujung jalan dan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak.

Naik pick up siap menikmati sunset

Pantainya berpasir hitam dan berombak cukup besar, di kejauhan tampak Pulau Anak Krakatau, Pulau Rakata dan Pulau Panjang dalam satu frame. Sambil menunggu sunset kami duduk santai bercengkrama di pasir sambil menikmati suasana yang begitu damai.
Berlatar Pulau Krakatau, Pulau Rakata dan Pulau Panjang
Tak berapa lama sunset yang ditunggu pun hadir, sayangnya si cantik tembaga ini posisinya ada di sebelah kanan pantai, walaupun begitu tetap cantik untuk dinikmati.

Sunset di kanan pantai

Hari mulai gelap, kami pun bergegas kembali ke homestay untuk makan malam. Kali ini menu makan malamnya enak sekali, terutama cumi bakar dan sate jamurnya. Kami makan ramai-ramai di atas rumput depan homestay sambil bercengkrama dan menikmati suara deburan ombak. Nikmatnya sungguh luar biasa. Setelah makan malam acara dilanjutkan dengan barbeque, tapi karena perut masih pernuh saya memilih berbincang dengan beberapa teman baru. Semakin malam satu per satu teman-teman masuk untuk tidur. Saya dan beberapa teman tidak langsung tidur di kamar, kami menikmati malam yang kali ini dihiasi dengan taburan bintang. Kami rebahan di rumput sambil menengadahkan wajah ke langit, indah. Saya pun sempat melihat ada bintang jatuh, untuk pertama kalinya, hehehe. Ada beberapa orang yang meramaikan malam itu dengan menyalakan lampion merah dan diterbangkan ke udara, semakin ramai dan syahdu. Semakin malam udara semakin dingin, kami pun berpamitan untuk istirahat dan mempersiapkan energi untuk petualangan di hari kedua.


To be continue to >> Part 3

Menuju Krakatau (Part 1) - Gridlock Jakarta

Perjalanan ke Krakatau kali ini dimulai pada Jumat, 31 Mei 2013. Agar lebih memudahkan, saya berangkat dari kantor selepas jam kerja selesai. Berbekal tas ransel dan sendal jepit yang sudah dipersiapkan sebelumnya, menunggu waktu pulang kali itu rasanya lama sekali. Sejak pukul 1 siang mata saya tidak berhenti tertuju pada jam dinding yang berdetak lambat, sepertinya benar begitu hehehe. Pukul 5 sore tepat saya pun pamit ke rekan kerja dan bos besar seraya setengah berlari karena terlalu antusias untuk liburan kali ini.

Kali ini saya join salah satu open trip yang meeting point nya berlokasi di Pelabuhan Merak Banten. Saya pun janjian dengan seorang teman di Terminal Tanjung Priuk yang kebetulan titik tengah dari lokasi kantor kami masing-masing. Rencananya kami akan naik bis Priuk - Merak dari sana. Dari kantor saya yang terletak di kawasan Sunter, seharusnya mudah saja mencapai Terminal Tanjung Priuk. Bermodal Rp. 3.500 saya pun beranjak naik Bis Transjakarta. Tapi kali ini saya kurang beruntung nampaknya, jalanan menuju Terminal Tanjung Priuk macet luar biasa. Walaupun begitu saya tetap santai karena mempertimbangkan saat itu masih pukul 5 sore, sedangkan bis terakhir di terminal adalah pukul 8 malam, dengan jarak yang tidak begitu jauh seharusnya pukul 7 maksimal saya sudah sampai.

Tenyata macet kali ini luar biasa nampaknya, pukul setengah 8 saya baru sampai di daerah Enggano dan bis berhenti total tidak jalan sama sekali. Teman saya sudah jauh lebih dahulu sampai, tidak enak juga jadi membuat menunggu. Saya sedikit curhat dengan petugas Transjakarta bahwa saya harus naik bis dari terminal pukul 8. Lalu terdengar celetukannya 
“Wah mba, itu sih mustahil, paling kalau mau dari sini jalan saja mba ke Priuk, percuma kalo nungguin bis jalan, di depan lagi ada yang dicor soalnya.. "
Akhirnya petugas Transjakarta tersebut tetap menyarankan saya turun dan jalan kaki sampai terminal. Saya pun turun melalui pintu depan bis dan beranjak jalan cepat menuju terminal. Kondisi jalan saat itu benar-benar macet stuck luar biasa, Jakarta mengerikan!
Jakarta mengerikan!
Jalan kaki di trotoar yang gelap, sedangkan di jalanan macet oleh truk dan bis-bis besar sebetulnya sedikit membuat saya takut. Tapi mau bagaimana lagi, saya pun melangkahkan kaki dengan ritme yang sangat cepat. Ingin cepat sampai dan bertemu teman saya tentunya. Singkat kata akhirnya saya sampai di Terminal Priuk dengan betis yang lumayan kenceng, ya lumayan untuk pemanasan hiking ke Krakatau besok. Setelah jalan kesana kemari akhirnya saya pun bertemu teman saya, alhamdulillah rasanya lega sekali.

Untuk mempersingkat waktu kami langsung mencari bis tujuan Merak, tapi kondisinya kali itu agak mencurigakan. Sepertinya sudah tidak ada lagi aktivitas bis yang akan beroperasi selanjutnya. Kami bertanya kepada calo-calo disana dan ternyata bis tujuan Merak sudah tidak ada lagi yang mau berangkat karena kondisi jalan yang macet luar biasa sehingga banyak supir dan kernet yang tidak mengoperasikan bisnya lagi. Kami pun panik karena liburan kami terancam gagal.
Saya pun menelan ludah, khawatir tidak bisa pulang karena macet yang luar biasa, ditinggal rombongan trip, uang trip hangus melayang dan tentu saja tidak jadi liburan.

Kami kemudian mencari alternatif transportasi menuju Merak, ternyata satu-satunya transportasi yang tersedia adalah omprengan berupa mobil elf. Sayangnya sisa seat tinggal satu saja, tidak mungkin untuk kami berdua. Kami disarankan untuk ke Cempaka Putih karena banyak bis dari arah Pulo Gadung. Berarti itu tandanya saya harus kembali ke arah tadi saya berangkat, hahahaha. Taxi pun kami berhentikan dan segera untuk meluncur berkejaran dengan waktu. 
Di taxi kami pun berbincang banyak, tak terasa menghabiskan waktu satu jam dari Terminal Tanjung Priuk hingga Cempaka Putih. Saya selalu menghubungi trip leader agar tahu jika akan ditinggal, agak mengkhawatirkan memang. 

Di Cempaka Putih kami masih harus menunggu satu jam kembali sampai akhirnya dari kejauhan muncul bis bertuliskan "MERAK". Rasanya luar biasanya senangnya kami. Alhamdulillah. Bis malam itu begitu padat dan penuh tetapi alhamdulillah kami dapat duduk manis, walaupun harus duduk berjauhan. Bis meluncur tersendat di tengah kemacetan menuju Merak, sekitar 3 jam harus kami lalui di perjalanan ini. Singkat cerita, alhamdulillah kami berdua mendarat dengan selamat di Pelabuhan Merak pukul 1 dini hari dan alhamdulillah rombongan trip belum berangkat karena ternyata banyak juga peserta yang terjebak kemacetan Jakarta malam itu

Oh Jakarta, kau menyeramkan sekali!!


Perjalanan selanjutnya akan saya kupas di postingan berikut.