Minggu, 05 Juni 2016

Sekeping Surga di Bawah Kaki Langit

Di bawah kaki langit, kami berada
Perjalanan ini kami tempuh selama kurang lebih 3 jam melalui hutan hujan yang lebat. Trek yang dilalui sebetulnya tidak terlalu sulit, hanya saja dengan trek yang serupa membuat cukup bosan dan rasanya kok tidak kunjung sampai ke tujuan. Hutan lebat yang rimbun dan sedikit terkena cahaya matahari membuat hampir seluruh bagian pepohonan ditumbuhi lumut dengan suburnya. Semak-semak yang sangat lebat mengiringi sepanjang perjalanan, tak heran jika hutan ini memang masih menjadi habitat harimau dan babi hutan. Beruntung kami tidak bertemu.
Sekeping surga di bumi
Di pertengahan jalan kita akan menemukan sungai kecil yang mengalir jernih, ambil saja air ini untuk persediaan air minum selama perjalanan. Jika sudah menemukan trek dengan turunan yang sangat curam dan semak-semak yang semakin rapat, tandanya sudah dekat dengan tujuan, bahkan dari atas turunan curam tersebut sudah mulai terlihat kehijauan di balik pepohonan.


Sebuah padang rumput hijau nan luas menyambut kami. Hijau segar berbukit-bukit dan dikelilingi hutan dan pegunungan. Sejauh mata memandang, indahnya masyaallah. Di tengah hamparan bukit-bukit rumput tersebut mengalirlah sebuah sungai kecil dengan air yang sangat jernih, inilah lokasi sumber air di kawasan ini.

Inikah salah satu kepingan surga di muka bumi? Masya Allah.

Moment terindah terjadi ketika pagi menyapa.

Kabut putih menyelimuti
Kabut putih tebal dari pegunungan mulai turun membasahi rerumputan. Cantik. Matahari dari timur beranjak naik di antara pegunungan, cahaya nya memantul di rerumputan yang mampu meningkatkan saturasi warna hijau yang luar biasa indahnya.

Hangat mentari menyapa alam
Bahkan kalimat-kalimat di atas masih belum mampu menggambarkan keadaan sesungguhnya. Namun, keindahan surga dunia ini memang tidak bisa dinikmati oleh setiap orang. Biarkan ia tetap terjaga dari tangan-tangan jahil manusia dan dan biarkan ia tetap indah seperti mulanya.

Jika ditanya, apakah saya ingin kembali suatu hari nanti.

Saya akan dengan mantap menjawab "Tidak"

Bukan, bukan karena kapok dengan perjalanannya.

Untuk sebuah alasan, cukup satu kali saya berada di sana, biarkan memori yang menyimpan dan mengingat setiap rasa.

Foto :
Dokumentasi pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar