Selasa, 30 April 2013

Pantai Kiluan Lampung (Part 2) - Hunting The Dolphin

Postingan ini masih lanjutan dari perjalanan saya berpetualang di Kiluan. Selepas trekking menuju laguna, kami kembali ke homestay untuk menikmati makan siang yang sudah disediakan oleh pemilik rumah. Betapa nikmatnya menghabiskan makan siang bersama-sama sambil duduk di tepi pantai yang terletak di belakang rumah. Hari mulai sore kami melanjutkan petualangan untuk melakukan snorkling di sekitar Pulau Kelapa. Pulau Kelapa terletak sekitar 5 menit perjalanan menggunakan jukung atau perahu kecil yang muat hingga 6 orang. 

Sampai di Pulau Kelapa kami bergegas menggunakan alat snorkling dan tidak sabar untuk terjun ke air. Sayang cuaca sore itu mendung dan gelombang lumayan besar jadi air lautnya agak keruh dan agak sulit untuk berenang karena badan berkali-kali terbawa gelombang. Di bawah air karang-karangnya lumayan cantik ada banyak sekali bintang laut berwarna biru dan teripang yang besar-besar. Hujan pun turun, akhirnya kami hanya bisa bermain di tepian pantai sambil menikmati pemandangan laut yang hijau tosca. Cuaca yang buruk membuat kami tidak dapat menikmati sunset sore itu, kami hanya bisa berharap esok pagi cuaca sudah membaik.

Walau cuaca buruk tapi kami tetap happy
Sore hari kami kembali ke homestay untuk beristirahat, ketika kami datang makan malam buatan ibu pemilik rumah sudah siap. Air di kamar mandi merupakan hasil sulingan air laut jadi rasanya payau cenderung asin dan sabun akan sulit berbusa hehehe. Malam itu saya tidur lebih awal karena rasanya cukup lelah untuk perjalanan kemarin. Suara debur ombak terdengar sangat kencang karena air laut pasang, sebetulnya agak sedikit waswas, hehehe.

Keesokan paginya kami siap-siap untuk hunting lumba-lumba, pemandu yang merupakan warga sekitar sudah siap sedia dengan perahu jukung yang akan membawa kami melintasi samudera. Ya, samudera dan perahu jukung memang terdengar tidak imbang dengan luas dan dalamnya laut tetapi kami hanya mengarungi dengan perahu kecil. LIfe jacket pun tidak terlepas dari badan kami agar selalu safety. Perahu jukung yang biasanya cukup untuk 6 orang, kali ini hanya diisi 3 orang dan 1 pemandu untuk menjaga keseimbangan dan agar perahu tidak terbalik karena gelombang di samudera yang akan kami lewati sangat besar. Wow, rasanya cukup tegang, adrenaline pun terpacu karena membayangkan risiko yang dihadapi. Tapi saya tetap antusias untuk bertemu dengan lumba-lumba liar.

Kami siap hunting lumba-lumba
Hunting lumba-lumba di Kiluan ini merupakan salah satu daya tarik pariwisata disini karena lumba-lumba disini merupakan lumba-luma liar dari lautan lepas. Berbeda dengaan lumba-lumba di Pantai Lovina Bali dimana memang merupakan lumba-lumba yang berasal dari penangkaran. Lumba-lumba yang terdapat di perairan Teluk Kiluan ini merupakan jenis hidung botol dengan nama ilmiah Tursiops truncatus. Spesies ini merupakan spesies paling umum yang paling dikenal orang, habitatnya berada di perairan hangat di seluruh dunia dan dapat ditemui hampir di seluruh perairan kecuali Samudera Arktik dan Samudera Selatan.

Jika beruntung konon kita bisa melihat atraksi lumba-lumba berloncatan kesana kemari, tapi kembali lagi karena ini merupakan habitat liar itu bergantung nasib anda, bisa jadi tidak bertemu satu ekor pun, maka perbanyaklah berdoa, hehehe. Perjalanan di laut sekitar 1 jam, lumayan jauh ternyata. Sambil menanti kedatangan lumba-lumba silakan anda menikmati pemandangan Teluk Kiluan dari laut lepas yang sengat luar biasa indahnya.

Menanti lumba-lumba yang tak kunjung datang
Lama menanti rasa kantuk pun mulai datang ditambah dengan semilir air laut yang sepoi-sepoi. Saya pun memainkan kaki di air untuk menghilangkan rasa kantuk, tak berapa lama abang pemandu menyuruh saya untuk mengangkat kaki. Saya pun bertanya apakah di lautan lepas ini ada hiu, abang pemandu hanya mengangguk mantap, hahaha saya langsung merinding. Ah saya baru sadar itu di lautan lepas, tidak tahu ada makhluk apa yang ada di bawah kami, heuheu. 

Satu jam lebih berlalu, jukung kami masih diam dan sesekali bergerak tidak jauh. Ketika kami sudah mulai kehilangan harapan tiba-tiba abang pemandu menyuruh kami untuk berdiri dan bangun, akhirnya kawanan lumba-lumba yang kami nantikan muncul juga, alhamdulillah. Di depan mata kami kawanan lumba-luma berenang berlarian, betul-betul pemandangan yang sangat luar biasa, subhanallah.

Hey, dolphin!
Sudah berjumpa lumba-lumb maka tandanya trip kali ini akan segera berakhir. Sebelum pulang kami sempat mengunjungi toko oleh-oleh khas Lampung. Jalanan kota Lampung cukup sepi kali itu, entah memang sesepi itu atau kebetulan sedang sepi. Kami pun sampai di Pelabuhan Bakauheni di sambut sunset sore itu. See you Kiluan, see you Lampung!

Pemandangan di sisi fery

Pantai Kiluan Lampung (Part 1) - Trekking Pantai Laguna

Perjalanan menuju Kiluan dimulai dari Bogor menuju Merak, menggunakan bis Arimbi terakhir dari terminal Baranang Siang sekitar pukul 4 sore hari bersama seorang teman. Perjalanan ditempuh selama 3,5 jam dengan biaya seharga Rp. 25.000. Ini merupakan kali pertama saya ke Pelabuhan Merak, hal yang terbayang pertama kali adalah pelabuhan yang padat hahaha maklum saja saya biasa lihat Pelabuhan Merak di tv saat peak season di liputan mudik lebaran.

Sampai di pelabuhan sekitar pukul 7.00 malam, ternyata Pelabuhan Merak sangat sepi hehehe sangat di luar bayangan kami. Sambil menunggu rombongan datang kami beristirahat di mesjid pelabuhan yang di dalamnya ada AC, hehehe lumayan meneduhkan di cuaca yang saat itu cukup gerah. Perut mulai lapar dan mulai datang beberapa teman, sambil menghabiskan waktu kami pun makan malam di warung soto sambil mengisi baterai handphone yang ternyata ada biayanya Rp. 2000.

Sebelum berangkat tidak ada salahnya untuk ke toilet, hanya lebih baik menggunakan toilet di mesjid karena toilet dekat warung-warung soto tidak terawat dan gelap, hmm spooky. Malam semakin larut dan rombongan pun berkumpul untuk briefing. Sekitar jam 01.00 dini hari kami pun naik fery, saya dan rekan saya upgrade ke kelas AC dengan menambah Rp.8000, maksudnya sebetulnya agar kami bisa tidur nyenyak dan isi tenaga untuk esok hari.

Di fery saya duduk bersebelahan dengan seorang Bapak, dari mulai basa basi hingga berbincang ngalor ngidul. Entah saya tidak ragu atau takut untuk berbincang dengan sebut saja orang asing ini, mungkin karena perbincangan kami nyambung walaupun perbedaan usia yang cukup jauh dan sepertinya Bapak ini memang tidak berniat jahat, hanya perlu teman berbincang. Banyak cerita hidup masing-masing yang saling kami bagi, Bapak itu pun banyak memberikan masukan dan saran mengenai hidup. Alhasil malam itu mata saya tidak terpejam barang sedikit pun dan perbincangan kami harus berakhir saat fery merapat di dermaga. Selamat datang Lampung!

Ini merupakan pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah Sumatera, antusias? Sangat! Sekitar pukul setengah 5 kami disambut oleh supir mobil rental yang sudah lebih dahulu dipesan. Bagi yang tidak terbiasa melewati jalur darat ada baiknya sedia antimo dan minyak angin karena supir-supir disini dahsyat sekali mengendarai mobilnya, hehehe. Terutama kali ini kami menuju Kiluan melalui Jalur darat, jadi kami harus siap menghadapi kondisi jalur darat yang tidak terduga selama 6 jam.

Sekitar pukul 7 pagi kami berhenti di Pantai Kiara untuk sarapan nasi padang, hahahaha berat sekali. Pantai Kiara lokasinya di pinggir jalan menuju Kiluan jadi tidak sulit untuk diakses, tapi sayang kali ini airnya sedang pasang. Karena lokasinya yang mudah diakses, banyak orang mampir ke pantai ini, sayangnya mereka banyak yang meninggalkan jejak, Pantai Kiara jadi kotor.

Pantai Kiara yang sedang pasang
Selesai mengisi perut kami melanjutkan perjalanan darat, dari trek yang mulus hingga berbatu dan offoad harus kami lalui. Di perjalanan kami melewati pemandangan yang dihiasi bukit-bukit batu, kebun kopi, kebun cokelat, persawahan, tambak garam dan tambak udang. Ternyata di Lampung banyak juga perkampungan orang-orang Bali, terlihat dari banyaknya pure-pure kecil tempat beribadah di depan rumah. Sepanjang jalan dekat Kiluan pun banyak sekali rumah tradisional penduduk, semacam rumah panggung dengan tangga di bagian depan rumah menuju pintu. Semua rumah terlihat berbentuk sama, hanya yang berbeda di bagian tangga karena banyak yang melakukan modifikasi misalnya dikeramik dan sebagainya. Jika sinyal sudah hilang maka kita sudah semakin dekat dengan lokasi. 

Teluk Kiluan terletak di Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, Sebuah destinasi wisata yang cukup terpencil tetapi menyajikan surga dunia yang sangat indah. 

Welcome to Kiluan Bay!!
Di ujung jalan akhirnya mobil berhenti, dilanjutkan menyusuri jalan setapak menuju penginapan. Kali ini kami tinggal di salah satu rumah warga di pinggir pantai. Sebagian besar rumah warga disini memang disewakan untuk para pelancong, lumayan pemasukannya sebagai mata pencaharian tambahan bagi mereka selain menjadi nelayan dan petani cokelat. Rumah yang saya tempati masih sangat sederhana, dominan kayu dengan 2 buah kamar kecil dan kamar mandi di luar. Kami tidur beralaskan tikar, tapi tenang untuk bantal masih bisa disediakan. Pasokan listrik disini dibatasi hanya menyala dari jam 18.00 - 06.00. Terkadang merasakan hal seperti ini sangat menyenangkan, jauh dari keramaian, jauh dari kebisingan, hilang sinyal tidak terdistraksi media sosial dan hanya fokus untuk menikmati keindahan alam.

Lanskap dekat homestay
Setelah istirahat sebentar dan berganti baju, kami melanjutkan petualangan untuk trekking ke Pantai Laguna yang merupakan perjalanan mendaki gunung lewati lembah yang trek nya mengerikan, terutama jalur karang menuju laguna. Jangan lupa menggunakan sendal atau sepatu trekking karena jalurnya cukup berbahaya dan tajam. Selain memang bebatuannya tajam di beberapa jalur banyak tumbuhan semak pandan yang berduri, jika tidak berhati-hati bisa melukai kaki.

Pertama kali kita disuguhkan trek naik bukit dengan sepanjang jalan yang berisikan pohon cokelat, sampai di puncak bukit yang dipenuhi pohon pisang kita disajikan pemandang laut dari kejauhan. Setelah itu trek yang dilalui adalah turunan tajam yang sangat terjal. Perjalanan ini akan terbayar karena di balik bukit terdapat pantai tersembunyi yang sangat cantik. Namun di pantai ini kita tidak diperbolehkan berenang karena ombaknya sangat besar dan batu karangnya sangat berbahaya dan tajam. Berfoto dan main air di pinggirnya saja sudah cukup rasanya. Capek pun terbayar.

Pantai tersembunyi di balik bukit
But, hey where’s the lagoon? Ooh ternyata kami masih harus melanjutkan perjalanan. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri tebing-tebing karang yang terjal. Adrenaline akan terkuras disini, karena jalur yang dilalui berupa cadas tajam nan licin. Jika tidak hati-hati dan terpeleset, bebatuan karang siap menanti di bawah. Ada harga ada barang, jalur mengerikan ini sebetulnya menyajikan beberapa view cantik. Terdapat lubang-lubang di bawah karang yang airnya berning dan dasarnya berwarrna pink. Terdapat pula koral warna-warni, tetapi hati-hati jika memasukkan kaki kesitu karena bulu babi nan tajam siap menusuk.

Semakin lama trek yang dilalui semakin sulit, tips nya adalah ikuti petunjuk jalan berupa cat tanda panah berwarna merah dan hindari cat berupa tanda silang yang berarti jalur tidak disarankan untuk dilalui. Kami pun dipandu oleh bocah-bocah Kiluan yang terlihat begitu sigap dan lincah melewati trek demi trek. Akhrnya jalan pun berujung, di depan kami terhampar sebuah kolam kecil berkedalaman 1 - 1,5 m, inlah laguna yang dimaksud. Jika berani anda boleh ikut melompat seperti yang dilakukan oleh bocah-bocah Kiluan, atau sekedar berendam di kolam yang ternyata airnya cukup hangat. Di dalam kolam banyak sekali alga-alga hijau dan ikan kecil. Air laguna ini terisi dari air laut yang datang terhempas batuan karang di sisi luar laguna.

The Lagoon, ada yang berani  ikutan loncat??
Puas bermain air di laguna, hari mulai siang maka saatnya kami harus kembali ke homestay untuk makan siang dan tentunya kami harus kembali melewati trek yang mengerikan itu.

To be continued to part 2