Selasa, 30 April 2013

Pantai Kiluan Lampung (Part 1) - Trekking Pantai Laguna

Perjalanan menuju Kiluan dimulai dari Bogor menuju Merak, menggunakan bis Arimbi terakhir dari terminal Baranang Siang sekitar pukul 4 sore hari bersama seorang teman. Perjalanan ditempuh selama 3,5 jam dengan biaya seharga Rp. 25.000. Ini merupakan kali pertama saya ke Pelabuhan Merak, hal yang terbayang pertama kali adalah pelabuhan yang padat hahaha maklum saja saya biasa lihat Pelabuhan Merak di tv saat peak season di liputan mudik lebaran.

Sampai di pelabuhan sekitar pukul 7.00 malam, ternyata Pelabuhan Merak sangat sepi hehehe sangat di luar bayangan kami. Sambil menunggu rombongan datang kami beristirahat di mesjid pelabuhan yang di dalamnya ada AC, hehehe lumayan meneduhkan di cuaca yang saat itu cukup gerah. Perut mulai lapar dan mulai datang beberapa teman, sambil menghabiskan waktu kami pun makan malam di warung soto sambil mengisi baterai handphone yang ternyata ada biayanya Rp. 2000.

Sebelum berangkat tidak ada salahnya untuk ke toilet, hanya lebih baik menggunakan toilet di mesjid karena toilet dekat warung-warung soto tidak terawat dan gelap, hmm spooky. Malam semakin larut dan rombongan pun berkumpul untuk briefing. Sekitar jam 01.00 dini hari kami pun naik fery, saya dan rekan saya upgrade ke kelas AC dengan menambah Rp.8000, maksudnya sebetulnya agar kami bisa tidur nyenyak dan isi tenaga untuk esok hari.

Di fery saya duduk bersebelahan dengan seorang Bapak, dari mulai basa basi hingga berbincang ngalor ngidul. Entah saya tidak ragu atau takut untuk berbincang dengan sebut saja orang asing ini, mungkin karena perbincangan kami nyambung walaupun perbedaan usia yang cukup jauh dan sepertinya Bapak ini memang tidak berniat jahat, hanya perlu teman berbincang. Banyak cerita hidup masing-masing yang saling kami bagi, Bapak itu pun banyak memberikan masukan dan saran mengenai hidup. Alhasil malam itu mata saya tidak terpejam barang sedikit pun dan perbincangan kami harus berakhir saat fery merapat di dermaga. Selamat datang Lampung!

Ini merupakan pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah Sumatera, antusias? Sangat! Sekitar pukul setengah 5 kami disambut oleh supir mobil rental yang sudah lebih dahulu dipesan. Bagi yang tidak terbiasa melewati jalur darat ada baiknya sedia antimo dan minyak angin karena supir-supir disini dahsyat sekali mengendarai mobilnya, hehehe. Terutama kali ini kami menuju Kiluan melalui Jalur darat, jadi kami harus siap menghadapi kondisi jalur darat yang tidak terduga selama 6 jam.

Sekitar pukul 7 pagi kami berhenti di Pantai Kiara untuk sarapan nasi padang, hahahaha berat sekali. Pantai Kiara lokasinya di pinggir jalan menuju Kiluan jadi tidak sulit untuk diakses, tapi sayang kali ini airnya sedang pasang. Karena lokasinya yang mudah diakses, banyak orang mampir ke pantai ini, sayangnya mereka banyak yang meninggalkan jejak, Pantai Kiara jadi kotor.

Pantai Kiara yang sedang pasang
Selesai mengisi perut kami melanjutkan perjalanan darat, dari trek yang mulus hingga berbatu dan offoad harus kami lalui. Di perjalanan kami melewati pemandangan yang dihiasi bukit-bukit batu, kebun kopi, kebun cokelat, persawahan, tambak garam dan tambak udang. Ternyata di Lampung banyak juga perkampungan orang-orang Bali, terlihat dari banyaknya pure-pure kecil tempat beribadah di depan rumah. Sepanjang jalan dekat Kiluan pun banyak sekali rumah tradisional penduduk, semacam rumah panggung dengan tangga di bagian depan rumah menuju pintu. Semua rumah terlihat berbentuk sama, hanya yang berbeda di bagian tangga karena banyak yang melakukan modifikasi misalnya dikeramik dan sebagainya. Jika sinyal sudah hilang maka kita sudah semakin dekat dengan lokasi. 

Teluk Kiluan terletak di Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung, Sebuah destinasi wisata yang cukup terpencil tetapi menyajikan surga dunia yang sangat indah. 

Welcome to Kiluan Bay!!
Di ujung jalan akhirnya mobil berhenti, dilanjutkan menyusuri jalan setapak menuju penginapan. Kali ini kami tinggal di salah satu rumah warga di pinggir pantai. Sebagian besar rumah warga disini memang disewakan untuk para pelancong, lumayan pemasukannya sebagai mata pencaharian tambahan bagi mereka selain menjadi nelayan dan petani cokelat. Rumah yang saya tempati masih sangat sederhana, dominan kayu dengan 2 buah kamar kecil dan kamar mandi di luar. Kami tidur beralaskan tikar, tapi tenang untuk bantal masih bisa disediakan. Pasokan listrik disini dibatasi hanya menyala dari jam 18.00 - 06.00. Terkadang merasakan hal seperti ini sangat menyenangkan, jauh dari keramaian, jauh dari kebisingan, hilang sinyal tidak terdistraksi media sosial dan hanya fokus untuk menikmati keindahan alam.

Lanskap dekat homestay
Setelah istirahat sebentar dan berganti baju, kami melanjutkan petualangan untuk trekking ke Pantai Laguna yang merupakan perjalanan mendaki gunung lewati lembah yang trek nya mengerikan, terutama jalur karang menuju laguna. Jangan lupa menggunakan sendal atau sepatu trekking karena jalurnya cukup berbahaya dan tajam. Selain memang bebatuannya tajam di beberapa jalur banyak tumbuhan semak pandan yang berduri, jika tidak berhati-hati bisa melukai kaki.

Pertama kali kita disuguhkan trek naik bukit dengan sepanjang jalan yang berisikan pohon cokelat, sampai di puncak bukit yang dipenuhi pohon pisang kita disajikan pemandang laut dari kejauhan. Setelah itu trek yang dilalui adalah turunan tajam yang sangat terjal. Perjalanan ini akan terbayar karena di balik bukit terdapat pantai tersembunyi yang sangat cantik. Namun di pantai ini kita tidak diperbolehkan berenang karena ombaknya sangat besar dan batu karangnya sangat berbahaya dan tajam. Berfoto dan main air di pinggirnya saja sudah cukup rasanya. Capek pun terbayar.

Pantai tersembunyi di balik bukit
But, hey where’s the lagoon? Ooh ternyata kami masih harus melanjutkan perjalanan. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri tebing-tebing karang yang terjal. Adrenaline akan terkuras disini, karena jalur yang dilalui berupa cadas tajam nan licin. Jika tidak hati-hati dan terpeleset, bebatuan karang siap menanti di bawah. Ada harga ada barang, jalur mengerikan ini sebetulnya menyajikan beberapa view cantik. Terdapat lubang-lubang di bawah karang yang airnya berning dan dasarnya berwarrna pink. Terdapat pula koral warna-warni, tetapi hati-hati jika memasukkan kaki kesitu karena bulu babi nan tajam siap menusuk.

Semakin lama trek yang dilalui semakin sulit, tips nya adalah ikuti petunjuk jalan berupa cat tanda panah berwarna merah dan hindari cat berupa tanda silang yang berarti jalur tidak disarankan untuk dilalui. Kami pun dipandu oleh bocah-bocah Kiluan yang terlihat begitu sigap dan lincah melewati trek demi trek. Akhrnya jalan pun berujung, di depan kami terhampar sebuah kolam kecil berkedalaman 1 - 1,5 m, inlah laguna yang dimaksud. Jika berani anda boleh ikut melompat seperti yang dilakukan oleh bocah-bocah Kiluan, atau sekedar berendam di kolam yang ternyata airnya cukup hangat. Di dalam kolam banyak sekali alga-alga hijau dan ikan kecil. Air laguna ini terisi dari air laut yang datang terhempas batuan karang di sisi luar laguna.

The Lagoon, ada yang berani  ikutan loncat??
Puas bermain air di laguna, hari mulai siang maka saatnya kami harus kembali ke homestay untuk makan siang dan tentunya kami harus kembali melewati trek yang mengerikan itu.

To be continued to part 2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar