Bromo merupakan salah satu bucket list dan pada awal tahun 2014 saya pun berkesempatan untuk menikmati keindahannya. Walaupun awal tahun sudah memasuki musim penghujan dan keberangkatan saya bertepatan dengan hari raya Imlek, saya tetap berangkat karena sudah tidak sabar mewujudkan salah satu keinginan saya. Apa mau dikata manusia tidak bisa mengatur cuaca, seperti kata James Morisson di lagunya “we can pray for sunny weather but that won’t stop the rain”.
![]() |
Kemegahan Bromo |
Jumat pagi saya meluncur dari Bogor menuju meeting point di Stasiun Pasar Senen, kebetulan saya join open trip lagi, kali ini milik salah satu teman saya sebagai trip planner nya. Ini adalah kali pertama saya naik kereta jarak jauh, tak heran saya sangat penasaran dan antusias, hehehe. Kereta yang saya tumpangi menuju Malang adalah kereta ekonomi ac Matarmaja seharga Rp. 130.000. Kondisi Stasiun Senen kali itu sangat padat, maklum saja tanggal merah dan long weekend, banyak yang akan berlibur terlihat juga banyak sekali rombongan dengan bawaan carrier yang besar, sepertinya akan naik gunung.
Pukul 2 siang pun kereta meluncur, perjalanan Senen-Malang akan ditempuh selama 18-20 jam, hahaha lama sekali yah. Kereta Mataraja ini tidak jelek, tapi juga tidak bagus. Bangkunya di lajut kiri dan kanan saling berhadapan. Lajur kiri muat 3-3 dan lajur kanan 2-2 dengan colokan listrik di setiap sisi dekat jendeka, ya sepertinya colokan listrik sudah menjadi kebutuhan primer saat ini, hehehehe. Bangku berhadapan sebetulnya agak sempit jadi tidak bisa selonjoran, otomatis selama perjalanan kaki akan ditekuk. Tidak ada salahnya minta bergantian dengan orang di depan kita jika tidak sungkan, atau sering-sering berjalan berkeliling gerbong agar tidak keram. Bangkunya pun tegak tidak bisa diturunkan, jadi ada baiknya membawa bantal leher untuk menopang kepala. Oiya disini juga ada penyewaan bantal sebesar Rp. 5000 per bantal sampai Malang, bantalnya bersih dan wangi lumayan untuk sekedar bersandar atau dipeluk. Hal pertama yang selalu saya khawatirkan ketika traveling adalah toilet, terutama toilet kereta Matarmaja ini. Sayangnya, kekhawatiran saya benar adanya, toiletnya jorok dengan debit air flush yang kecil, pantas saja bau bahkan sempat beberapa saat airnya mati.
![]() |
Suasana dalam kereta Matarmaja
|
Kebetulan saya duduk di samping jendela, maklum saja masih antusias dengan perjalanan panjang naik kereta, hehehe. Mulai masuk Karawang, mata akan dimanjakan oleh pemandangan sawah hijau yang terbentang luas, begitu pun seterusnya sawah dan rumah penduduk. Kereta pun mulai memasuki Jawa Tengah dan terdengar suara penjual kopi, teh, dan jajanan lainnya. Ternyata walaupun diberitahukan sudah tidak boleh ada lagi pedagang berjualan di kereta ini, tetapi mulai memasuki Jawa mereka tetap masuk dan berjualan. Tapi menurut saya dengan adanya mereka cukup membantu penumpang agar tidak bosan, bisa membeli ini itu. Saya dan beberapa teman pun mencari penjual pecel yang tak kunjung datang, tak lama kemudian terdengar sayup-sayup suaranya. Malam itu kami makan nasi pecel hangat seharga Rp. 8.000 saja plus minuman jahe hangat tanpa harus ke gerbong restorasi hehehe, pedagangnya menjemput bola.
![]() |
Nasi pecel hangat yang nikmat
|
Hari pun menjelang pagi dan kereta mulai
memasuki Jawa Timur, matahari terbit mulai terlihat keemasan dari ujung jendela. Saya pun ke toilet dan berjalan-jalan di dalam gerbong kemudian berhenti di salah satu pintu kereta yang terbuka, entah siapa yang membuka. Saya pun bersandar sambil memandang pemandangan persawahan nan hijau di depan mata. Tak lama terdengan suara teguran dari petugas kereta, pintu pun ditutup karena berbahaya. Siap pak bos. Beberapa kali kereta melewati jembatan yang tinggi dan terowongan panjang nan gelap. Matarmaja pun merapat di Stasiun Malang sekitar pukul 9 pagi. Hey, selamat datang di Malang.
Selesai sarapan dan beristirahat di warung soto yang murah meriah, kami melanjutkan perjalanan ke Probolinggo menuju air terjun Madakaripura menggunakan elf. Ternyata perjalanannya sangat jauh, sekitar 4 jam saya manfaatkan dengan tidur. Hari sudah mulai siang dan awan mendung sudah mulai bergelayutan. Akhirnya kami sampai di pintu masuk air terjun Madakaripura dengan disambut oleh patung Patih Gajah Mada.
![]() |
Patih Gajah Mada menyambut di pintu utama
|
Air terjun Madakaripura ini terletak di
Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo dan masih masuk di dalam kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru. Setelah istirahat sejenak dan memastikan bahwa air terjun ini aman untuk dikunjungi kami pun meluncur. Maklum saja jika hujan deras debit air dari atas akan tinggi sehingga membahayakan karena riskan muncul air bah. Safety first itu penting dalam traveling, jika memang tidak memungkinkan dilakukan tidak boleh dipaksakan. Alhamdulillah kali ini masih aman dan kami diperbolehkan naik.
Lereng vertikal di sepanjang perjalanan |
Perjalanan dari titik awal sampai air
terjun sekitar 45 menit jalan santai, trek yang dilalui sudah rapi dan dibeton, hanya beberapa kali memang harus melewati aliran sungai. Sepanjang jalan kita akan disuguhkan oleh pemandangan lereng cadas vertikal yang menjulang tinggi, seakan kita sedang berada di dalam sebuah lembah atau ceruk yang dalam. Suara air mengalir dan burung pun membuat syahdu suasana. Di sepanjang trek juga akan ditemui warung-warung tenda sederhana yang menjajakan gorengan, teh manis, kopi dan lainnya, lumayan untuk mengganjal perut atau sekedar menghangatkan badan. Saya sempat mencicipi tempe mendoan hangat yang dicocol sambal petis, ternyata enak hehehe. Suara air terjun pun sudah terdengar dan mulai terlihat dari kejauhan. Tampak beberapa orang sedang menjajakan jas hujan sekali pakai, ada yang dijual seharga Rp. 10.000 dan disewakan seharga Rp. 5000. Ternyata jika main ke Madakaripura kita dipastikan akan basah kuyup, bagi yang tidak ingin basah silakan dapat menggunakan jas hujan. Tapi kali itu saya berani bermain basah karena sudah jauh-jauh datang.
![]() |
Air terjun yang harus dilalui, saya siap basah hehe |
Sebelum sampai di air terjun utama kita harus melewati 3 buah air terjun yang mengucur deras karena jalan satu-satunya memang harus melewati itu. Airnya deras dan dingin, mengucur diantara hijaunya tumbuhan paku. Begitu cantik dan jujur sangat menyenangkan ketika harus basah melewatinya. Tak jauh sampailah di air terjun utama, air terjun Madakaripura konon merupakan tempat meditasi terakhir Patih Gajah Mada, menurut pemandu lokal di dekat air terjun dahulu terdapat goa tempat sang patih biasa bermeditasi, namun karena perubahan alam goa tersebut sudah tidak terlihat. Air terjun ini dikelilingi oleh lereng vertikal yang sangat tinggi. Tinggi air terjun berkisar 200 meter jatuh dengan debit air yang sangat deras membentuk kolam kehijauan yang lumayan besar dan pastinya dalam. Dinding-dinding berlumur hijau nampak semakin membuat cantik. Berdiri di depan air terjun sambil menikmati cipratan airnya yang pastinya membuat basah, seakan berada di dalam sebuah tabung yang dalam. Subhanallah.
Tingginya Air Terjun Madakaripura |
Hari semakin sore kami pun kembali ke parkiran, beberapa orang pun berganti baju kering agar tidak masuk angin. Kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah restoran untuk makan malam, kali ini makan malam kami cukup mewah sebagai permintaan maaf dari trip planner karena makan siang kami yang terlewatkan akibat mengejar waktu untuk Madakaripura. Setelah makan kami melanjutkan perjalanan menuju penginapan untuk beristirahat dan persiapan petualangan ke Bromo dini hari nanti. Kali ini penginapan yang kami dapatkan sangat bagus untuk ukuran trip semi-backpacking, murah tapi seluruh faslilitas yang kami dapatkan sangat memuaskan, dari mulai efl, makan hingga penginapan hehehe.
Penginapan kami namanya Wisma Diponegoro, memang tidak terlalu dekat dengan Bromo tetapi masih lumayan karena harganya murah dan Bromo pun masih terjangkau jaraknya. Penginapannya bertingkat 2, kamarnya bagus dan nyaman, kasur double, ukurannya cukup besar. Ada lemari, ac, tv, air minum, toiletries, kamar mandi dalem dengan shower air hangat.
![]() |
Penginapan kami yang tergolong "mewah" |
To be continued to part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar